Aṅguttara Nikāya
11.17. Penggembala Sapi
“Para bhikkhu, dengan memiliki sebelas faktor, seorang penggembala sapi tidak mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi. Apakah sebelas ini? Di sini, (1) iatidak memiliki pengetahuan akan bentuk; (2) ia tidak terampil dalam hal karakteristik; (3) ia gagal menyingkirkan telur lalat; (4) ia gagal merawat luka; (5) ia gagal mengasapi kandang; (6) ia tidak mengetahui sumber air; (7) ia tidak mengetahui apa yang harus diminumkan; (8) ia tidak mengetahui jalan; (9) ia tidak terampil dalam hal padang rumput; (10) ia memerah susu sampai kering; dan (11) ia tidak memberikan penghormatan lebih pada sapi-sapi jantan itu yang merupakan induk dan pemimpin kelompok. Dengan memiliki sebelas faktor, seorang penggembala sapi tidak mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi.
“Demikian pula, para bhikkhu, dengan memiliki sebelas kualitas, seorang bhikkhu tidak mampu mencapai pertumbuhan, kemajuan, dan pemenuhan dalam Dhamma dan disiplin ini. Apakah sebelas ini? Di sini, (1) ia tidak memiliki pengetahuan akan bentuk; (2) ia tidak terampil dalam hal karakteristik; (3) ia gagal menyingkirkan telur lalat; (4) ia gagal merawat luka; (5) ia gagal mengasapi kandang; (6) ia tidak mengetahui sumber air; (7) ia tidak mengetahui apa yang harus diminumkan; (8) ia tidak mengetahui jalan; (9) ia tidak terampil dalam hal padang rumput; (10) ia memerah susu sampai kering; dan (11) ia tidak memberikan penghormatan lebih pada para bhikkhu senior itu yang telah lama meninggalkan keduniawian yang merupakan para ayah dan para pemimpin Saṅgha.
(1) “Bagaimanakah seorang bhikkhu tidak memiliki pengetahuan akan bentuk? Di sini,seorang bhikkhu tidak memahami sebagaimana adanya: ‘Segala bentuk dari jenis apapun juga adalah empat unsur utama dan bentuk yangditurunkan dari empat unsur utama.’ Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak memiliki pengetahuan akan bentuk.
(2) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal karakteristik? Di sini,seorang bhikkhu tidak memahami sebagaimana adanya: ‘Seorang dungu dikarakteristikkan oleh perbuatannya; seorang bijaksana dikarakteristikkan oleh perbuatannya.’ Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal karakteristik.
(3) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu gagal menyingkirkan telur lalat? Di sini, seorang bhikkhu membiarkanpikiran keinginan indria yang telah muncul; ia tidak meninggalkannya, tidak menghalaunya, tidak menghentikannya, dan tidak melenyapkannya. Ia membiarkanpikiran berniat buruk yang telah muncul … pikiran mencelakai yang telah muncul … kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat kapan pun munculnya; ia tidak meninggalkannya, tidak menghalaunya, tidak menghentikannya, dan tidak melenyapkannya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu gagal menyingkirkan telur lalat.
(4) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu gagal merawat luka? Di sini, setelah melihat bentuk dengan mata, seorang bhikkhu menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Walaupun, ketika ia membiarkan indria mata tanpa terjaga, kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat berupa kerinduan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia tidak berlatih mengendalikannya; ia tidak menjaga indria mata; ia tidak menjalankan pengendalian indria mata. Setelah mendengar suara dengan telinga … …Setelah mencium bau-bauan dengan hidung … Setelah mengecap rasa kecapan dengan lidah … Setelah menyentuh objek-sentuhan dengan badan … Setelah mengenali fenomena-pikiran dengan pikiran, ia menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Walaupun, ketika ia membiarkan indria pikiran tanpa terjaga, kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat berupa kerinduan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia tidak berlatih mengendalikannya; ia tidak menjaga indria pikiran; ia tidak menjalankan pengendalian indria pikiran. Dengan cara inilah seorang bhikkhu gagal merawat luka.
(5) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu gagal mengasapi kandang? Di sini,seorang bhikkhu tidak mengajarkan Dhamma kepada orang lain secara terperinci seperti yang telah ia dengarkan dan ia pelajari. Dengan cara inilah seorang bhikkhu gagal mengasapi kandang.
(6) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak mengetahui sumber air? Di sini seorang bhikkhu tidak dari waktu ke waktu mengunjungi para bhikkhu yang telah banyak belajar, para pewaris warisan, para ahli Dhamma, para ahli disiplin, dan para ahli kerangka, dan ia tidak bertanya kepada mereka: ‘Bagaimanakah ini, Bhante, apakah artinya ini?’ Karena itu para mulia itutidak mengungkapkan kepadanya apa yang belum terungkap, tidak menjelaskan apa yang belum jelas, dan tidak melenyapkan keragu-raguannya mengenai banyak hal yang membingungkan. Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak mengetahui sumber air.
(7) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak mengetahui apa yang harus diminumkan? Di sini, ketika Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, seorang bhikkhu tidak memperoleh inspirasi dalam makna, tidak memperoleh inspirasi dalam Dhamma, tidak memperoleh kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak mengetahui apa yang harus diminumkan.
(8) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak mengetahui jalan? Di sini,seorang bhikkhu tidak memahami Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagaimana adanya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak mengetahui jalan.
(9) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal padang rumput? Di sini, seorang bhikkhu tidak memahami empat penegakan perhatian sebagaimana adanya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak terampil dalam hal padang rumput.
(10) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memerah susu sampai kering? Di sini, ketika seorang perumah-tangga yang berkeyakinan mengundang seorang bhikkhu untuk menerima jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit, bhikkhu itu menerimanya secara berlebihan. Dengan cara inilah seorang bhikkhu memerah susu sampai kering.
(11) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak memberikan penghormatan lebih pada para bhikkhu senior itu yang telah lama meninggalkan keduniawian yang merupakan para ayah dan para pemimpin Saṅgha? Di sini, seorang bhikkhu tidak menjaga perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran cinta kasih baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan para pemimpin Saṅgha. Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan para pemimpin Sangha.
“Dengan memiliki kesebelas kualitas ini, seorang bhikkhu tidak mampu mencapai pertumbuhan, kemajuan, dan pemenuhan dalam Dhamma dan disiplin ini.
“Para bhikkhu, dengan memiliki sebelas faktor, seorang penggembala sapi mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi. Apakah sebelas ini? Di sini, (1) iamemiliki pengetahuan akan bentuk; (2) ia terampil dalam hal karakteristik; (3) ia menyingkirkan telur lalat; (4) ia merawat luka; (5) ia mengasapi kandang; (6) ia mengetahui sumber air; (7) ia mengetahui apa yang harus diminumkan; (8) ia mengetahui jalan; (9) ia terampil dalam hal padang rumput; (10) ia tidak memerah susu sampai kering; dan (11) ia memberikan penghormatan lebih pada sapi-sapi jantan itu yang merupakan induk dan pemimpin kelompok. Dengan memiliki sebelas faktor, seorang penggembala sapi mampu menjaga dan menggiring sekelompok sapi.
“Demikian pula, para bhikkhu, dengan memiliki sebelas kualitas, seorang bhikkhu mampu mencapai pertumbuhan, kemajuan, dan pemenuhan dalam Dhamma dan disiplin ini. Apakah sebelas ini? Di sini, (1) seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan bentuk; (2) ia terampil dalam hal karakteristik; (3) ia menyingkirkan telur lalat; (4) ia merawat luka; (5) ia mengasapi kandang; (6) ia mengetahui sumber air; (7) ia mengetahui apa yang harus diminumkan; (8) ia mengetahui jalan; (9) ia terampil dalam hal padang rumput; (10) ia tidak memerah susu sampai kering; dan (11) ia memberikan penghormatan lebih pada para bhikkhu senior itu yang telah lama meninggalkan keduniawian yang merupakan para ayah dan para pemimpin Saṅgha.
(1) “Bagaimanakah seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan bentuk? Di sini,seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Segala bentuk dari jenis apapun juga adalah empat unsur utama dan bentuk yangditurunkan dari empat unsur utama.’ Dengan cara inilah seorang bhikkhu memiliki pengetahuan akan bentuk.
(2) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu terampil dalam hal karakteristik? Di sini,seorang bhikkhu memahami sebagaimana adanya: ‘Seorang dungu dikarakteristikkan oleh perbuatannya; seorang bijaksana dikarakteristikkan oleh perbuatannya.’ Dengan cara inilah seorang bhikkhu terampil dalam hal karakteristik.
(3) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu menyingkirkan telur lalat? Di sini, seorang bhikkhu tidak membiarkanpikiran keinginan indria yang telah muncul; ia meninggalkannya, menghalaunya, menghentikannya, dan melenyapkannya. Ia tidak membiarkanpikiran berniat buruk yang telah muncul … pikiran mencelakai yang telah muncul … kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat kapan pun munculnya; ia meninggalkannya, menghalaunya, menghentikannya, dan melenyapkannya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu menyingkirkan telur lalat.
(4) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu merawat luka? Di sini, setelah melihat bentuk dengan mata, seorang bhikkhu tidak menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena, jika ia membiarkan indria mata tanpa terjaga, maka kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat berupa kerinduan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia berlatih mengendalikannya; ia menjaga indria mata; ia menjalankan pengendalian indria mata. Setelah mendengar suara dengan telinga …Setelah mencium bau-bauan dengan hidung … Setelah mengecap rasa kecapan dengan lidah … Setelah menyentuh objek-sentuhan dengan badan … Setelah mengenali fenomena-pikiran dengan pikiran, ia tidak menggenggam gambaran dan ciri-cirinya. Karena, jika ia membiarkan indria pikiran tanpa terjaga, maka kondisi-kondisi buruk yang tidak bermanfaat berupa kerinduan dan kesedihan mungkin menyerangnya, ia berlatih mengendalikannya; ia menjaga indria pikiran; ia menjalankan pengendalian indria pikiran. Dengan cara inilah seorang bhikkhu merawat luka.
(5) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu mengasapi kandang? Di sini,seorang bhikkhu mengajarkan Dhamma kepada orang lain secara terperinci seperti yang telah ia dengarkan dan ia pelajari. Dengan cara inilah seorang bhikkhu mengasapi kandang.
(6) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui sumber air? Di sini,seorang bhikkhu dari waktu ke waktu mengunjungi para bhikkhu yang telah banyak belajar, para pewaris warisan, para ahli Dhamma, para ahli disiplin, dan para ahli kerangka, dan ia bertanya kepada mereka: ‘Bagaimanakah ini, Bhante, apakah artinya ini?’ Karena itu para mulia itumengungkapkan kepadanya apa yang belum terungkap, menjelaskan apa yang belum jelas, dan melenyapkan keragu-raguannya mengenai banyak hal yang meragukan. Dengan cara inilah seorang bhikkhu mengetahui sumber air.
(7) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui apa yang harus diminumkan? Di sini, ketika Dhamma dan Disiplin yang dinyatakan oleh Sang Tathāgata sedang diajarkan, seorang bhikkhu memperoleh inspirasi dalam makna, memperoleh inspirasi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan yang terhubung dengan Dhamma. Dengan cara inilah seorang bhikkhu mengetahui apa yang harus diminumkan.
(8) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu mengetahui jalan? Di sini seorang bhikkhu memahami Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagaimana adanya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu mengetahui jalan.
(9) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu terampil dalam hal padang rumput? Di sini, seorang bhikkhu memahami empat penegakan perhatian sebagaimana adanya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu terampil dalam hal padang rumput.
(10) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu tidak memerah susu sampai kering? Di sini, ketika seorang perumah-tangga yang berkeyakinan mengundang seorang bhikkhu untuk menerima jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan dan perlengkapan bagi yang sakit, bhikkhu itu menerimanya secukupnya. Dengan cara inilah seorang bhikkhu tidak memerah susu sampai kering.
(11) “Dan bagaimanakah seorang bhikkhu memberikan penghormatan lebih pada para bhikkhu senior itu yang telah lama meninggalkan keduniawian yang merupakan para ayah dan para pemimpin Saṅgha? Di sini, seorang bhikkhu menjaga perbuatan jasmani, ucapan, dan pikiran cinta kasih baik secara terbuka maupun secara pribadi terhadap para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan para pemimpin Saṅgha. Dengan cara inilah seorang bhikkhu menghormati para bhikkhu senior yang telah lama meninggalkan keduniawian, para ayah dan para pemimpin Sangha.
“Dengan memiliki kesebelas kualitas ini, seorang bhikkhu mampu mencapai pertumbuhan, kemajuan, dan pemenuhan dalam Dhamma dan disiplin ini.”