Madhyamāgama
29. Kotbah oleh Mahā Koṭṭhita
Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, Tempat Perlindungan Tupai. Pada waktu itu, setelah siang hari, Yang Mulia Sāriputta bangkit dari duduk bermeditasi dan mendekati Yang Mulia Mahā Koṭṭhita. Setelah bertukar salam ramah-tamah, ia duduk pada satu sisi.
Yang Mulia Sāriputta berkata kepada Yang Mulia Mahā Koṭṭhita: “Aku ingin bertanya kepadamu beberapa pertanyaan. Apakah engkau dapat mendengarkannya?”
Yang Mulia Mahā Koṭṭhita menjawab: “Yang Mulia Sāriputta, tanyakanlah apa pun yang engkau inginkan. Setelah mendengar [pertanyaanmu], aku akan [dengan berhati-hati] mempertimbangkannya.”
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya:
“Teman Mahā Koṭṭhita yang mulia, apakah terdapat suatu kondisi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Yang Mulia Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui yang tidak bermanfaat dan mengetahui akar-akar yang tidak bermanfaat. Apakah pengetahuan tentang yang tidak bermanfaat? Adalah hal ini: perbuatan jasmani yang jahat adalah tidak bermanfaat, perbuatan ucapan yang jahat dan perbuatan pikiran yang jahat adalah tidak bermanfaat. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang yang tidak bermanfaat. Apakah pengetahuan tentang akar-akar yang tidak bermanfaat? Adalah hal ini: keserakahan adalah akar yang tidak bermanfaat, kebencian dan kebodohan adalah akar yang tidak bermanfaat. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang akar-akar yang tidak bermanfaat. Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui yang tidak bermanfaat dan akar-akar yang tidak bermanfaat, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui yang bermanfaat dan mengetahui akar-akar yang bermanfaat.
“Apakah pengetahuan tentang yang bermanfaat? Adalah hal ini: perbuatan jasmani yang baik adalah bermanfaat, perbuatan ucapan yang baik dan perbuatan pikiran yang baik adalah bermanfaat. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang yang bermanfaat.
“Apakah pengetahuan tentang akar-akar yang bermanfaat? Adalah hal ini: ketiadaan nafsu adalah akar yang bermanfaat, ketiadaan kebencian dan ketiadaan kebodohan adalah akar yang bermanfaat.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui yang bermanfaat dan akar-akar yang bermanfaat, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui makanan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya makanan, mengetahui lenyapnya makanan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya makanan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang makanan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat empat [jenis] makanan: makanan [jenis] pertama adalah makanan fisik, kasar atau halus; makanan [jenis] kedua adalah kontak; makanan [jenis] ketiga adalah kehendak; dan makanan [jenis] keempat adalah kesadaran. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang makanan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya makanan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan bergantung pada ketagihan, makanan muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya makanan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya makanan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya ketagihan, makanan juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya makanan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya makanan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya makanan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui makanan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya makanan, mengetahui lenyapnya makanan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya makanan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui noda-noda sebagaimana adanya, mengetahui munculnya noda-noda, mengetahui lenyapnya noda-noda, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya noda-noda sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang noda-noda sebagaimana adanya? Dikatakan terdapat tiga [jenis] noda: noda keinginan indera, noda proses kelangsungan, dan noda ketidaktahuan. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang noda-noda sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya noda-noda sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan bergantung pada ketidaktahuan, noda-noda muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya noda-noda sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya noda-noda sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya ketidaktahuan, noda-noda juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya noda-noda sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya noda-noda sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya noda-noda sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui noda-noda sebagaimana adanya, mengetahui munculnya noda-noda, mengetahui lenyapnya noda-noda, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya noda-noda sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui penderitaan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya penderitaan, mengetahui lenyapnya penderitaan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya penderitaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang penderitaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: kelahiran adalah penderitaan, usia tua adalah penderitaan, penyakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan, bertemu dengan apa yang tidak disukai adalah penderitaan, berpisah dari apa yang dicintai adalah penderitaan, tidak dapat memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan, secara singkat, lima kelompok unsur kehidupan yang dipengaruhi oleh kemelekatan adalah penderitaan. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang penderitaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya penderitaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada usia tua dan kematian, penderitaan muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya penderitaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya usia tua dan kematian, penderitaan juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya penderitaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya penderitaan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui penderitaan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya penderitaan, mengetahui lenyapnya penderitaan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya penderitaan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui usia tua dan kematian sebagaimana adanya, mengetahui munculnya usia tua dan kematian, mengetahui lenyapnya usia tua dan kematian, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang usia tua sebagaimana adanya? Adalah hal ini: usia tua menyebabkan rambut beruban, gigi rontok, kesehatan memburuk, tubuh membungkuk, langkah yang goyah, tubuh kelebihan berat, napas pendek, bergantung pada tongkat untuk berjalan, daging menyusut, kulit mengendur, kulit keriput seperti berbintik-bintik, indera-indera merosot, dan kulit tidak enak dilihat. Ini disebut sebagai usia tua.
“Apakah pengetahuan tentang kematian? Adalah hal ini: semua makhluk hidup, dalam berbagai bentuk, tunduk pada akhir kehidupan, ketidakkekalan, kematian, pelapukan, kelenyapan dan kehancuran kehidupan, berhentinya daya hidup mereka. Ini disebut sebagai kematian. Ini adalah penjelasan kematian dan ini, bersama dengan penjelasan kematian yang kuberikan sebelumnya, adalah apa yang dimaksud dengan usia tua dan kematian. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang usia tua dan kematian sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada kelahiran, usia tua dan kematian muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya kelahiran, usia tua dan kematian juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui usia tua dan kematian sebagaimana adanya, mengetahui munculnya usia tua dan kematian, mengetahui lenyapnya usia tua dan kematian, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya usia tua dan kematian sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui kelahiran sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kelahiran, mengetahui lenyapnya kelahiran, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kelahiran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang kelahiran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: semua makhluk hidup, dalam berbagai bentuk, mengalami kelahiran ketika mereka terlahir kembali, ketika mereka muncul, ketika mereka terbentuk, ketika lima kelompok unsur kehidupan muncul, dan ketika indera kehidupan berkembang. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang kelahiran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya kelahiran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada proses kelangsungan, kelahiran muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya kelahiran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya kelahiran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya proses kelangsungan, kelahiran juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya kelahiran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya kelahiran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya kelahiran sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui kelahiran sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kelahiran, mengetahui lenyapnya kelahiran, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kelahiran sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui proses kelangsungan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya proses kelangsungan, mengetahui lenyapnya proses kelangsungan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya proses kelangsungan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang proses kelangsungan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat tiga jenis proses kelangsungan: proses kelangsungan di [alam] indera, proses kelangsungan di [alam] bentuk, dan proses kelangsungan di [alam] tanpa bentuk. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang proses kelangsungan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya proses kelangsungan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada kemelekatan, proses kelangsungan muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya proses kelangsungan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya proses kelangsungan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya kemelekatan, proses kelangsungan juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya proses kelangsungan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya proses kelangsungan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya proses kelangsungan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui proses kelangsungan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya proses kelangsungan, mengetahui lenyapnya proses kelangsungan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya proses kelangsungan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui kemelekatan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kemelekatan, mengetahui lenyapnya kemelekatan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang kemelekatan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat empat jenis kemelekatan: kemelekatan pada keinginan indera, kemelekatan pada aturan, kemelekatan pada pandangan, dan kemelekatan pada suatu diri. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang kemelekatan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya kemelekatan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada ketagihan, kemelekatan muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya kemelekatan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya ketagihan, kemelekatan juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui kemelekatan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kemelekatan, mengetahui lenyapnya kemelekatan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kemelekatan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui ketagihan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya ketagihan, mengetahui lenyapnya ketagihan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang ketagihan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat tiga jenis ketagihan: ketagihan [sehubungan dengan] [alam] indera, ketagihan [sehubungan dengan] [alam] bentuk, dan ketagihan [sehubungan dengan] [alam] tanpa bentuk. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang ketagihan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya ketagihan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada perasaan, ketagihan muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya ketagihan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya perasaan, ketagihan juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui ketagihan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya ketagihan, mengetahui lenyapnya ketagihan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya ketagihan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui perasaan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya perasaan, mengetahui lenyapnya perasaan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya perasaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang perasaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat tiga jenis perasaan: perasaan menyenangkan, perasaan tidak menyenangkan, dan perasaaan bukan-menyenangkan-juga-bukan-tidak-menyenangkan. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang perasaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya perasaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada kontak, perasaan muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya perasaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya perasaan sebagaimana adanya? Adahal hal ini: dengan lenyapnya kontak, perasaan juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya perasaan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya perasaan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya perasaan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui perasaan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya perasaan, mengetahui lenyapnya perasaan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya perasaan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui kontak sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kontak, mengetahui lenyapnya kontak, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kontak sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang kontak sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat tiga jenis kontak: kontak menyenangkan, kontak tidak menyenangkan, dan kontak bukan-menyenangkan-juga-bukan-tidak-menyenangkan. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang kontak sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya kontak sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada enam landasan indera, kontak muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya kontak sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya kontak sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya enam landasan indera, kontak juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya kontak sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] kontak sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] kontak sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui kontak sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kontak, mengetahui lenyapnya kontak, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kontak sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui enam landasan indera sebagaimana adanya, mengetahui munculnya enam landasan indera, mengetahui lenyapnya enam landasan indera, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya enam landasan indera.
“Apakah pengetahuan tentang enam landasan indera sebagaimana adanya? Adalah hal ini: [terdapat] landasan indera mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan landasan indera pikiran. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang enam landasan indera sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya enam landasan indera sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada nama-dan-bentuk, enam landasan indera muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya enam landasan indera sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya enam landasan indera sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya nama-dan-bentuk, enam landasan indera juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya enam landasan indera sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya enam landasan indera sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya enam landasan indera sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui enam landasan indera sebagaimana adanya, mengetahui munculnya enam landasan indera, mengetahui lenyapnya enam landasan indera, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya enam landasan indera sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui nama-dan-bentuk sebagaimana adanya, mengetahui munculnya nama-dan-bentuk, mengetahui lenyapnya nama-dan-bentuk, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang nama? Adalah hal ini: nama terdiri dari empat kelompok batin [di antara lima kelompok unsur kehidupan].
“Apakah pengetahuan tentang bentuk? Adalah hal ini: bentuk terdiri dari empat unsur besar dan apa yang diturunkan dari empat unsur besar. Ini adalah penjelasan tentang bentuk, dan ini bersama dengan penjelasan tentang nama yang kuberikan sebelumnya, adalah [apa yang dimaksud dengan] nama-dan-bentuk. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang nama-dan-bentuk sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada kesadaran, nama-dan-bentuk muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya kesadaran, nama-dan-bentuk juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang lenyapnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui nama-dan-bentuk sebagaimana adanya, mengetahui munculnya nama-dan-bentuk, mengetahui lenyapnya nama-dan-bentuk, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya nama-dan-bentuk sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui kesadaran sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kesadaran, mengetahui lenyapnya kesadaran, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang kesadaran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat enam jenis kesadaran: kesadaran mata, [kesadaran] telinga, [kesadaran] hidung, [kesadaran] lidah, [kesadaran] tubuh, dan kesadaran pikiran. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang kesadaran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya kesadaran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada bentukan, kesadaran muncul. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya kesadaran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya bentukan, kesadaran juga lenyap. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang munculnya kesadaran sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini sebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui kesadaran sebagaimana adanya, mengetahui munculnya kesadaran, mengetahui lenyapnya kesadaran, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya kesadaran sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut:
“Teman Mahā Koṭṭhita, apakah terdapat kondisi lainnya lagi di mana seorang bhikkhu yang menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati?”
[Mahā Koṭṭhita] menjawab:
“Ada, Yang Mulia Sāriputta. Adalah hal ini: seorang bhikkhu mengetahui bentukan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya bentukan, mengetahui lenyapnya bentukan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya bentukan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang bentukan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: terdapat tiga jenis bentukan: bentukan jasmani, bentukan ucapan, dan bentukan pikiran. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang bentukan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang munculnya bentukan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: bergantung pada ketidaktahuan, bentukan muncul. Ini disebut pengetahuan tentang munculnya bentukan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang lenyapnya bentukan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: dengan lenyapnya ketidaktahuan, bentukan juga lenyap. Ini disebut pengetahuan tentang lenyapnya bentukan sebagaimana adanya.
“Apakah pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya bentukan sebagaimana adanya? Adalah hal ini: jalan mulia berunsur delapan, dari pandangan benar sampai konsentrasi benar—delapan [faktor]. Ini disebut sebagai pengetahuan tentang jalan [menuju] lenyapnya bentukan sebagaimana adanya.
“Yang Mulia Sāriputta, jika terdapat seorang bhikkhu yang, dengan cara ini, mengetahui bentukan sebagaimana adanya, mengetahui munculnya bentukan, mengetahui lenyapnya bentukan, dan mengetahui jalan [menuju] lenyapnya bentukan sebagaimana adanya, maka ia dikatakan sebagai seorang bhikkhu yang telah menyempurnakan pandangan, memperoleh pandangan benar, dan, setelah mencapai [keyakinan] murni yang kokoh dalam Dharma, tiba pada Dharma sejati.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!” Setelah melakukan demikian, Yang Mulia Sāriputta bergembira dan mengingatnya dengan baik.
Yang Mulia Sāriputta kemudian bertanya lebih lanjut: “Teman Mahā Koṭṭhita, ketika seorang bhikkhu telah menyebabkan ketidaktahuan lenyap dan pengetahuan muncul, apakah hal lebih lanjut yang perlu ia lakukan?”
Yang Mulia Mahā Koṭṭhita menjawab: “Yang Mulia Sāriputta, ketika seorang bhikkhu telah menyebabkan ketidaktahuan lenyap dan pengetahuan muncul, tidak ada hal lebih lanjut yang perlu ia lakukan.”
Ketika mendengar hal ini, Yang Mulia Sāriputta memuji: “Bagus sekali! Bagus sekali, teman Mahā Koṭṭhita!”
Setelah membahas makna [Dharma] dengan cara ini, dua orang yang mulia itu bergembira dan [akan] mengingat [tanya-jawab ini] dengan baik; mereka bangkit dari tempat duduknya dan pergi.