Madhyamāgama

31. Kotbah tentang Melihat Empat Kebenaran Mulia

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

“Ini adalah cara pengajaran Dharma yang tepat, yaitu: sepenuhnya mencakupi empat kebenaran mulia, sepenuhnya menyelidikinya, menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya, dan memberi [pemahaman] terhadapnya.

“Para Tathāgata pada masa lampau, tanpa kemelekatan dan tercerahkan sepenuhnya, menggunakan cara pengajaran Dharma yang tepat ini, yaitu: sepenuhnya mencakupi empat kebenaran mulia, sepenuhnya menyelidikinya, menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya, dan memberi [pemahaman] terhadapnya.

“Para Tathāgata pada masa yang akan datang, tanpa kemelekatan dan tercerahkan sepenuhnya, menggunakan cara pengajaran Dharma yang tepat ini, yaitu: sepenuhnya mencakupi empat kebenaran mulia, sepenuhnya menyelidikinya, menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya, dan memberi [pemahaman] terhadapnya.

“Aku juga, Sang Tathāgata dari masa sekarang, tanpa kemelekatan dan tercerahkan sempurna, menggunakan cara pengajaran Dharma yang tepat ini, yaitu: sepenuhnya mencakupi empat kebenaran mulia, sepenuhnya menyelidikinya, menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya, dan memberi [pemahaman] terhadapnya.

“Bhikkhu Sāriputta diberkahi dengan kebijaksanaan yang cemerlang, kebijaksanaan yang cepat, kebijaksanaan yang lincah, kebijaksanaan yang tajam, kebijaksanaan yang luas, kebijaksanaan yang mendalam, kebijaksanaan yang membawa pembebasan, kebijaksanaan yang menembus, kebijaksanaan yang mengesankan. Bhikkhu Sāriputta telah mencapai kebijaksanaan sejati. Mengapa [aku mengatakan hal ini]?

“Karena setelah aku mengajarkan empat kebenaran mulia secara singkat, bhikkhu Sāriputta kemudian dapat menjelaskannya kepada yang lain secara terperinci, sepenuhnya mencakupinya, sepenuhnya menyelidikinya, menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya, dan memberi [pemahaman] terhadapnya.

“Dan ketika bhikkhu Sāriputta mengajarkan dan menjelaskan secara terperinci empat kebenaran mulia, dengan menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya, dan memberi [pemahaman] terhadapnya, ia menyebabkan tak terhitung makhluk memperoleh pengetahuan [ke dalamnya].

“Bhikkhu Sāriputta dapat membimbing dan melatih orang lain melalui [mengembangkan mereka dalam] pandangan benar, [sedangkan] bhikkhu Moggallāna dapat mengembangkan mereka dalam tujuan tertinggi, yaitu pelenyapan sepenuhnya noda-noda. Bhikkhu Sāriputta bagaikan seorang ibu, yang “melahirkan” teman-temannya dalam kehidupan suci, [sedangkan] bhikkhu Moggallāna bagaikan seorang perawat, yang mengasuh teman-temannya dalam kehidupan suci. Karena alasan ini, teman-teman [mereka] dalam kehidupan suci seharusnya menghormati, menghargai, memuliakan, dan memberikan penghormatan kepada bhikkhu Sāriputta dan Moggallāna. Mengapa? Karena bhikkhu Sāriputta dan Moggallāna mencari manfaat [untuk] teman-teman mereka dalam kehidupan suci, mencari kesejahteraan dan kebahagiaan mereka.”

Setelah mengatakan hal ini, Sang Bhagavā bangkit dari tempat duduknya dan pergi ke dalam tempat kediamannya untuk duduk bermeditasi. Kemudian, Yang Mulia Sāriputta berkata kepada para bhikkhu:

“Teman-teman yang mulia, Sang Bhagavā telah muncul di dunia ini demi kepentingan kita. Ia telah secara luas mengajarkan dan menjelaskan empat kebenaran mulia, menganalisanya, mengungkapkan, menunjukkan, menjelaskan, dan mengumumkannya dan memberi [pemahaman] terhadapnya. Apakah empat hal itu? Mereka adalah: kebenaran mulia tentang penderitaan, [kebenaran mulia tentang] munculnya penderitaan, [kebenaran mulia tentang] lenyapnya penderitaan, dan kebenaran mulia tentang jalan [menuju] lenyapnya penderitaan. Apakah, teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang penderitaan? Kelahiran adalah penderitaan, usia tua adalah penderitaan, penyakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan, bertemu dengan apa yang tidak disukai adalah penderitaan, berpisah dengan apa yang dicintai adalah penderitaan, tidak dapat memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan; secara singkat, lima kelompok unsur kehidupan yang dipengaruhi oleh kemelekatan adalah penderitaan.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “kelahiran adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, “kelahiran” adalah ketika makhluk-makhluk hidup, dalam berbagai bentuk, mengalami kelahiran, ketika mereka terlahir, ketika mereka menjadi ada, ketika mereka terbentuk, ketika lima kelompok unsur kehidupan menjadi ada, dan ketika indera kehidupan berkembang—ini disebut kelahiran. [Sehubungan dengan] “kelahiran adalah penderitaan”—teman-teman yang mulia, ketika makhluk-makhluk hidup terlahir, mereka mengalami kesakitan fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan fisik dan kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam fisik dan demam batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita mental yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik dan batin yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “kelahiran adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan. “usia tua adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, “usia tua” adalah ketika makhluk-makhluk hidup dalam berbagai bentuk mereka menjadi menua, dengan rambut beruban, gigi rontok, kesehatan memburuk, tubuh membungkuk, langkah yang goyah, tubuh kelebihan berat, napas pendek, bergantung pada tongkat untuk berjalan, daging menyusut, kulit mengendur, kulit keriput seperti berbintik-bintik, indera-indera merosot, dan kulit tidak enak dilihat. Ini disebut usia tua.

“[Sehubungan dengan] “usia tua adalah penderitaan”—teman-teman yang mulia, ketika makhluk-makhluk hidup menjadi tua, mereka mengalami kesakitan fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita mental yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik dan batin yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “usia tua adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “penyakit adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, “penyakit” menunjuk pada sakit kepala, sakit mata, sakit telinga, sakit hidung, sakit di wajah, sakit bibir, sakit gigi, sakit di lidah, sakit di langit-langit mulut, sakit tenggorokan, suara terengah-engah, batuk, muntah, suara serak, ayan, bengkak, air ludah berlebihan, dahak berdarah, demam, kekurusan, wasir, dan diare. Ketika ini dan berbagai gejala penyakit lainnya muncul, mereka terjadi bergantung pada kontak. Mereka tidak muncul bebas dari pikiran, [walaupun] mereka bermanifestasi pada tubuh. Demikianlah [yang disebut] penyakit.

“[Sehubungan dengan] “penyakit adalah penderitaan”—teman-teman yang mulia, ketika makhluk-makhluk hidup menjadi sakit, mereka mengalami kesakitan fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita mental yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik dan batin yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “penyakit adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “kematian adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, “kematian” adalah ketika makhluk-makhluk dalam berbagai bentuk mereka, menuju akhir kehidupan dan [mengalah pada] ketidakkekalan; ketika mereka meninggal, lenyap, hancur, dan musnah; ketika masa kehidupan mereka berakhir, dihancurkan; ketika daya hidup mereka berhenti. Ini disebut kematian.

“[Sehubungan dengan] “kematian adalah penderitaan”—teman-teman yang mulia, ketika makhluk-makhluk meninggal, mereka merasakan kesakitan fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita mental yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami demam, kesengsaraan, dan derita fisik dan batin yang kuat, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “kematian adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “bertemu dengan apa yang tidak disukai adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, sehubungan dengan “bertemu dengan apa yang tidak disukai,” makhluk-makhluk hidup sesungguhnya memiliki enam landasan indera internal; dan ketika, dengan jalan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, atau pikiran, mereka mengindera suatu objek yang tidak disukai dan menemukan diri mereka bersama dengannya, berkumpul dengannya, berhubungan dengannya, bergabung dengannya, maka mereka mengalami penderitaan. Sama halnya dengan objek-objek indera eksternal, dan juga dengan kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan ketagihan [yang diakibatkannya].

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup sesungguhnya terdiri atas enam unsur; dan ketika, dengan jalan unsur tanah, [unsur] air, [unsur] api, [unsur] udara, [unsur] ruang, atau unsur kesadaran, mereka bertemu suatu objek yang tidak disukai dan menemukan diri mereka bersama dengannya, berkumpul dengannya, berhubungan dengannya, bergabung dengannya, maka mereka mengalami penderitaan. Ini disebut bertemu dengan apa yang tidak disukai.

“[Sehubungan dengan] “bertemu dengan apa yang tidak disukai adalah penderitaan”—teman-teman yang mulia, ketika makhluk-makhluk hidup bertemu dengan apa yang tidak mereka sukai, mereka mengalami kesakitan fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “bertemu dengan apa yang tidak disukai adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “berpisah dari apa yang dicintai adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, sehubungan dengan “berpisah dari apa yang dicintai,” makhluk-makhluk hidup sesungguhnya memiliki enam landasan indera internal; dan ketika, dengan jalan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, atau pikiran, mereka mengindera suatu objek yang disukai dan menemukan diri mereka terpisah darinya, tidak terhubung dengannya, berpisah darinya, tidak berhubungan dengannya, tidak bergabung dengannya, maka mereka mengalami penderitaan.

“Sama halnya dengan objek-objek indera eksternal, dan juga dengan kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan ketagihan [yang diakibatkannya]. Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup sesungguhnya terdiri atas enam unsur; dan ketika, dengan jalan unsur tanah, [unsur] air, [unsur] api, [unsur] udara, [unsur] ruang, atau unsur kesadaran, mereka bertemu suatu objek yang disukai dan menemukan diri mereka terpisah darinya, tidak terhubung dengannya, berpisah darinya, tidak berhubungan dengannya, tidak bergabung dengannya, maka mereka mengalami penderitaan. Ini disebut berpisah dari apa yang dicintai.

“[Sehubungan dengan] “berpisah dengan apa yang dicintai adalah penderitaan”—teman-teman yang mulia, ketika makhluk-makhluk hidup berpisah dari apa yang mereka cintai, mereka mengalami kesakitan fisik, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya; mereka mengalami kesakitan fisik dan batin, mengalaminya seluruhnya, merasakannya, merasakannya seluruhnya. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “berpisah dari apa yang dicintai adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] ini dikatakan, “tidak dapat memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup, yang tunduk ada kelahiran, yang tidak bebas dari kelahiran, berharap tidak tunduk pada kelahiran—tetapi ini sesungguhnya tidak dapat dicapai dengan [hanya] berharap. [Makhluk-makhluk hidup, yang tunduk pada] usia tua…, kematian…, dukacita dan ratap tangis, yang tidak bebas dari dukacita dan ratap tangis, berharap tidak tunduk pada dukacita dan ratap tangis—tetapi ini juga tidak dapat dicapai dengan [hanya] berharap.

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup sebenarnya mengalami kesakitan, yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan, berpikir: “Aku mengalami kesakitan, yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan. Aku berharap ini akan berubah dan menjadi yang diinginkan!”—tetapi ini juga tidak dapat dicapai dengan [hanya] berharap.

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup, yang sebenarnya mengalami kenikmatan, yang diinginkan, berpikir: “Aku mengalami kenikmatan, yang diinginkan. Aku berharap ini dapat bertahan selamanya, tetap ada, dan tidak tunduk pada perubahan!”—tetapi ini juga tidak dapat dicapai dengan [hanya] berharap.

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup yang sebenarnya mengalami kehendak dan persepsi yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan, berpikir: “Aku mengalami kehendak dan persepsi yang tidak menyenangkan dan tidak diinginkan. Aku berharap ini akan berubah dan menjadi yang diinginkan!”—ini juga tidak dapat dicapai dengan [hanya] berharap.

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup yang sebenarnya mengalami kehendak dan persepsi yang menyenangkan, berpikir: “Aku mengalami kehendak dan persepsi yang menyenangkan. Aku berharap ini dapat bertahan selamanya, tetap ada, dan tidak tunduk pada perubahan!”—tetapi ini juga tidak dapat dicapai dengan [hanya] berharap. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan “tidak dapat memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, [ketika] ini dikatakan, “secara singkat, lima kelompok unsur kehidupan yang dipengaruhi oleh kemelekatan adalah penderitaan,” atas dasar apakah ini dikatakan? Terdapat kelompok bentuk materi yang dipengaruhi oleh kemelekatan, [kelompok] perasaan [yang dipengaruhi oleh kemelekatan], [kelompok] persepsi [yang dipengaruhi oleh kemelekatan], [kelompok] bentukan [yang dipengaruhi oleh kemelekatan], dan kelompok kesadaran yang dipengaruhi oleh kemelekatan. Teman-teman yang mulia, [ketika] dikatakan, “secara singkat, lima kelompok unsur kehidupan yang dipengaruhi kemelekatan adalah penderitaan,” ini dikatakan atas dasar hal ini.

“Teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang penderitaan adalah demikian pada masa lampau, kebenaran mulia tentang penderitaan akan demikian pada masa yang akan datang, dan adalah demikian pada masa sekarang. Ia sesungguhnya benar, tidak salah; ia tidak terpisahkan dari hal-hal sebagaimana adanya; ia sesungguhnya benar, pasti, dan sahih; ia adalah kebenaran yang sesuai dengan hal-hal sebagaimana adanya. Ia adalah apa yang para orang mulia diberkahi dengannya, apa yang diketahui para orang mulia, apa yang dilihat para orang mulia, apa yang dipahami para orang mulia, apa yang dicapai para orang mulia, apa yang para orang mulia tercerahkan sempurna padanya. Karena alasan-alasan ini ia disebut kebenaran “mulia” tentang penderitaan.

“Apakah, teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan yang disebabkan oleh munculnya ketagihan? Makhluk-makhluk hidup sebenarnya memiliki ketagihan yang berhubungan dengan enam landasan indera internal, dengan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran. Ketika terdapat ketagihan, kasih sayang, kekotoran, dan kemelekatan yang berhubungan dengan hal ini, ini disebut munculnya [penderitaan].

“Teman-teman yang mulia, seorang siswa mulia yang terpelajar mengetahui: “Demikianlah aku memahami ajaran ini, demikianlah aku melihatnya, demikianlah aku mengertinya, demikianlah aku merenungkannya, demikianlah aku merealisasinya.” Ini apa yang disebut kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan [yang disebabkan oleh] munculnya ketagihan.

“Bagaimanakah ia [siswa mulia itu] mengetahuinya demikian? Jika terdapat ketagihan terhadap istri, anak-anak, pelayan laki-laki dan perempuan, utusan, pembantu, ladang, rumah, toko, penghasilan, dan kekayaan seseorang; jika, ketika bekerja demi kepentingan mereka, terdapat ketagihan, kasih sayang, kekotoran, dan kemelekatan, maka ini disebut munculnya [penderitaan]. [Ini adalah bagaimana] ia mengetahui kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan [yang disebabkan oleh] munculnya ketagihan ini. Sama halnya dengan objek-objek indera eksternal, dan lagi dengan kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan ketagihan [yang berhubungan].

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup sebenarnya memiliki ketagihan terhadap enam unsur, terhadap unsur tanah, [unsur] air, [unsur] api, [unsur] udara, [unsur] ruang, dan unsur kesadaran. Ketika terdapat ketagihan, kasih sayang, kekotoran, dan kemelekatan yang berhubungan dengan hal ini, ini disebut munculnya [penderitaan].

“Teman-teman yang mulia, seorang siswa mulia yang terpelajar mengetahui: “Demikianlah aku memahami ajaran ini, demikianlah aku melihatnya, demikianlah aku mengertinya, demikianlah aku merenungkannya, demikianlah aku merealisasinya.” Ini apa yang disebut kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan [yang disebabkan oleh] munculnya ketagihan.

“Bagaimanakah ia [siswa mulia itu] mengetahuinya demikian? Jika terdapat ketagihan terhadap istri, anak-anak, pelayan laki-laki dan perempuan, utusan, pembantu, ladang, rumah, toko, penghasilan, dan kekayaan seseorang; jika, ketika bekerja demi kepentingan mereka, terdapat ketagihan, kasih sayang, kekotoran, dan kemelekatan, maka ini disebut munculnya [penderitaan]. [Ini adalah bagaimana] ia mengetahui kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan [yang disebabkan oleh] munculnya ketagihan ini.

“Teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan [yang disebabkan oleh] munculnya ketagihan adalah demikian pada masa lampau, kebenaran mulia tentang munculnya penderitaan [yang disebabkan oleh] munculnya ketagihan akan demikian pada masa yang akan datang, dan adalah demikian pada masa sekarang. Ia sesungguhnya benar, tidak salah; ia tidak terpisahkan dari hal-hal sebagaimana adanya; ia sesungguhnya benar, pasti, dan sahih; ia adalah kebenaran yang sesuai dengan hal-hal sebagaimana adanya. Ia adalah apa yang para orang mulia diberkahi dengannya, apa yang diketahui para orang mulia, apa yang dilihat para orang mulia, apa yang dipahami para orang mulia, apa yang dicapai para orang mulia, apa yang para orang mulia tercerahkan sempurna padanya. Karena alasan-alasan ini ia disebut kebenaran “mulia” tentang munculnya penderitaan.

“Apakah, teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan? Makhluk-makhluk hidup sebenarnya memiliki ketagihan yang berhubungan dengan enam landasan indera internal, dengan mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran. [Tetapi] ketika seseorang terbebaskan [dari ketagihan ini], tanpa kekotoran atau kemelekatan, [melalui] dilepaskannya dan dibuangnya, melalui kebosanan, ia menjadi padam dan berhenti—itu disebut lenyapnya penderitaan.

“Teman-teman yang mulia, seorang siswa mulia yang terpelajar mengetahui: “Demikianlah aku memahami ajaran ini, demikianlah aku melihatnya, demikianlah aku mengertinya, demikianlah aku merenungkannya, demikianlah aku merealisasinya.” Ini adalah apa yang disebut kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan. Bagaimana ia mengetahuinya demikian? Jika tidak ada ketagihan terhadap istri, anak-anak, pelayan laki-laki dan perempuan, utusan, pembantu, ladang, rumah, toko, penghasilan, dan kekayaan seseorang; jika, ketika bekerja demi kepentingan mereka, seseorang terbebaskan [dari ketagihan ini], tanpa kekotoran atau kemelekatan, [melalui] dilepaskannya dan dibuangnya, melalui kebosanan, ia menjadi padam dan berhenti—itu disebut lenyapnya penderitaan.

“Ini adalah bagaimana ia mengetahui kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan. Sama halnya dengan objek-objek indera eksternal, dan lagi dengan kontak, perasaan, persepsi, kehendak, dan ketagihan [yang berhubungan].

“Teman-teman yang mulia, makhluk-makhluk hidup sebenarnya memiliki ketagihan terhadap enam unsur, terhadap unsur tanah, [unsur] air, [unsur] api, [unsur] udara, [unsur] ruang, dan unsur kesadaran. [Tetapi] ketika seseorang terbebaskan [dari ketagihan ini], tanpa kekotoran atau kemelekatan, [melalui] dilepaskannya dan dibuangnya, melalui kebosanan, ia menjadi padam dan berhenti—ini disebut lenyapnya penderitaan.

“Teman-teman yang mulia, seorang siswa mulia yang terpelajar mengetahui: “Demikianlah aku memahami ajaran ini, demikianlah aku melihatnya, demikianlah aku mengertinya, demikianlah aku merenungkannya, demikianlah aku merealisasinya.” Ini adalah apa yang disebut kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan. Bagaimana ia mengetahuinya demikian? Jika tidak ada ketagihan terhadap istri, anak-anak, pelayan laki-laki dan perempuan, utusan, pembantu, ladang, rumah, toko, penghasilan, dan kekayaan seseorang; jika, ketika bekerja demi kepentingan mereka, seseorang terbebaskan [dari ketagihan ini], tanpa kekotoran atau kemelekatan, [melalui] dilepaskannya dan dibuangnya, melalui kebosanan, ia menjadi padam dan berhenti—itu disebut lenyapnya penderitaan. Ini adalah bagaimana ia mengetahui kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan.

“Teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan adalah demikian pada masa lampau, kebenaran mulia tentang lenyapnya penderitaan [yang disebabkan oleh] lenyapnya ketagihan akan demikian pada masa yang akan datang, dan adalah demikian pada masa sekarang. Ia sesungguhnya benar, tidak salah; ia tidak terpisahkan dari hal-hal sebagaimana adanya; ia sesungguhnya benar, pasti, dan sahih; ia adalah kebenaran yang sesuai dengan hal-hal sebagaimana adanya. Ia adalah apa yang para orang mulia diberkahi dengannya, apa yang diketahui para orang mulia, apa yang dilihat para orang mulia, apa yang dipahami para orang mulia, apa yang dicapai para orang mulia, apa yang para orang mulia tercerahkan sempurna padanya. Karena alasan-alasan ini ia disebut kebenaran “mulia” tentang lenyapnya penderitaan.

“Apakah, teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang jalan [menuju] lenyapnya [penderitaan]? Ini adalah: pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, pandangan benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana terdapat penyelidikan, penyelidikan yang luas, penyelidikan yang berturut-turut, penyelidikan fenomena, pemeriksaan, pemeriksaan yang luas, pengamatan, pengetahuan dan realisasi—itu disebut pandangan benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, kehendak benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, yang bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana terdapat pemikiran batin, pemikiran yang luas, pemikiran yang tepat, pemikiran tentang apa yang seharusnya dipikirkan, mencita-citakan apa yang seharusnya dicita-citakan—ini disebut kehendak benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, ucapan benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—maka apa pun di sana, sebagai tambahan pada empat jenis perbuatan ucapan yang baik [menghindari diri dari berbohong, dst.], terdiri atas menghindari diri dan meninggalkan setiap jenis perbuatan ucapan jahat lainnya, tidak melatihnya, tidak melakukannya, tidak membiarkannya, tidak berhubungan dengannya—ini disebut ucapan benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, perbuatan benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana, sebagai tambahan pada tiga jenis perbuatan jasmani yang baik [menghindari diri dari pembunuhan, dst.] terdiri atas menghindari diri dan meninggalkan setiap jenis perbuatan jasmani jahat lainnya, tidak melatihnya, tidak melakukannya, tidak membiarkannya, tidak berhubungan dengannya—ini disebut perbuatan benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, penghidupan benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana yang tidak mencari [untuk membuat penghidupan] dengan cara yang tidak pantas, ataupun demi keinginan yang berlebihan dan ketidakpuasan, ataupun dengan berbagai bentuk penghidupan salah, [seperti] melakukan tipuan atau mantra-mantra, tetapi alih-alih mencari jubah dengan cara yang sesuai dengan Dharma, tidak bertentangan dengan Dharma, mencari makanan, tempat tidur, dan tempat duduk dengan cara yang sesuai dengan Dharma, tidak bertentangan dengan Dharma—ini disebut penghidupan benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, usaha benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana terdapat kegiatan, usaha, upaya keras yang rajin dan terpadu, kekuatan dalam mengembangkan, penerapan terpusat tanpa ampun, tanpa merosot, pada penguasaan pikiran sepenuhnya—ini disebut usaha benar.

“Apakah, teman-teman, perhatian benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana terdapat pikiran yang sesuai dengan perhatian, berbaliknya dari tanpa-perhatian, menjadi penuh perhatian seluasnya, mengingat kembali dan lagi mengingat kembali, pikiran yang lurus, tidak lupa terhadap apa yang ditanggapi pikiran—ini disebut perhatian benar.

“Apakah, teman-teman yang mulia, konsentrasi benar? Ketika seorang siswa mulia menyadari penderitaan sebagai penderitaan, … munculnya sebagai munculnya, … lenyapnya sebagai lenyapnya, dan menyadari sang jalan sebagai sang jalan; atau ketika ia merenungkan perbuatan-perbuatannya sebelumnya; atau ketika ia berlatih penuh perhatian terhadap semua bentukan; atau ketika ia melihat bahaya dalam semua bentukan; atau ketika ia melihat ketenangan dan kedamaian nirvana; atau ketika ia, bebas dari kemelekatan, dengan penuh perhatian merenungkan pikiran sebagai terbebaskan—apa pun di sana terdapat kemantapan pikiran, berkembangnya dalam jhāna-jhāna, berkembang sesuai dengan itu, menjadi kokoh dan tidak berhamburan, menjadi terpusat, tenang, dan terkonsentrasi sepenuhnya—ini disebut konsentrasi benar.

“Teman-teman yang mulia, kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan adalah demikian pada masa lampau, kebenaran mulia tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan akan demikian pada masa yang akan datang, dan adalah demikian pada masa sekarang. Ia sesungguhnya benar, tidak salah; ia tidak terpisahkan dari hal-hal sebagaimana adanya; ia sesungguhnya benar, pasti, dan sahih; ia adalah kebenaran yang sesuai dengan hal-hal sebagaimana adanya. Ia adalah apa yang para orang mulia diberkahi dengannya, apa yang diketahui para orang mulia, apa yang dilihat para orang mulia, apa yang dipahami para orang mulia, apa yang dicapai para orang mulia, apa yang para orang mulia tercerahkan sempurna padanya. Karena alasan-alasan ini ia disebut kebenaran “mulia” tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan.”

[Sāriputta] kemudian mengucapkan syair-syair berikut:

Sang Buddha telah dengan jernih memahami segala hal;
Beliau telah melihat tak terhitung kualitas bermanfaat dan berjasa,
Kebenaran tentang penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan sang jalan;
Dengan terampil mengungkapkan dan menjelaskannya.

Ini adalah apa yang dikatakan Yang Mulia Sāriputta. Setelah mendengarkan perkataan Yang Mulia Sāriputta, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.