Madhyamāgama

32. Kotbah tentang Kualitas-Kualitas Luar Biasa [Sang Buddha]

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu, pada sore hari, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduk bermeditasi dan mendekati Sang Buddha. Setelah memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, ia berdiri pada satu sisi dan berkata:

“Sang Bhagavā, aku telah mendengar bahwa pada masa Buddha Kassapa, Sang Bhagavā membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci.

“Bahwa pada masa Buddha Kassapa, Sang Bhagavā membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā, setelah pada masa Buddha Kassapa membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci, terlahir kembali di surga Tusita.

“Bahwa Sang Bhagavā, setelah pada masa Buddha Kassapa membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan berlatih kehidupan suci, terlahir kembali di surga Tusita, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā, setelah pada masa Buddha Kassapa membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha dan, setelah berlatih kehidupan suci, terlahir di surga Tusita. Sang Bhagavā melampaui semua yang telah sebelumnya terlahir di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu dalam panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi. Karena alasan ini, para dewa Tusita bergembira dan bahagia, dengan menyerukan: “Dewa muda ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa besar, kekuatan yang besar dan hebat.” Mengapa demikian?

“[Karena] beliau melampaui semua yang telah terlahir sebelumnya di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi.

“Bahwa Sang Bhagavā, yang pada masa Buddha Kassapa telah membuat ikrar awalnya [untuk mengikuti] jalan [menjadi] seorang Buddha, telah berlatih kehidupan suci, dan telah terlahir di surga Tusita; bahwa beliau melampaui semua yang telah sebelumnya terlahir di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu dalam panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi; [bahwa] karena alasan ini, para dewa Tusita bergembira dan bahagia, dengan menyerukan: “Dewa muda ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa besar, kekuatan yang besar dan hebat”; [dan ini adalah] karena beliau melampaui semua yang telah terlahir sebelumnya di surga Tusita dalam tiga hal, yaitu panjang kehidupan surgawi, penampilan surgawi, dan kemuliaan surgawi—[semua] ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada akhir masa kehidupannya di surga Tusita, ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian turun ke dalam rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir! Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir!”

“Bahwa pada akhir masa kehidupannya di surga Tusita, ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian turun ke dalam rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang, dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir! Suatu makhluk yang luar biasa akan lahir!”—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa, ketika berada dalam rahim ibunya, Sang Bhagavā tetap dengan penuh perhatian [berbaring] pada sisi kanan.

“Bahwa Sang Bhagavā, ketika berada dalam rahim ibunya, tetap dengan penuh perhatian [berbaring] pada sisi kanan, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā berdiam dalam rahim ibunya dengan damai dan tenang.

“Bahwa Sang Bhagavā berdiam dalam rahim ibunya dengan damai dan tenang, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa, ketika berada dalam rahim ibunya, Sang Bhagavā ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya. Bahwa Sang Bhagavā, ketika berada dalam rahim ibunya, ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian keluar dari rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk luar biasa telah lahir! Suatu makhluk luar biasa telah lahir!”

“Bahwa ketika Sang Bhagavā dengan penuh perhatian keluar dari rahim ibunya, pada saat itu semua surga dan bumi berguncang dan suatu cahaya mengagumkan menerangi dunia, termasuk bahkan tempat-tempat yang jauh dan gelap, tidak terhalangi, sepenuhnya menyinari tempat-tempat yang tidak diterangi oleh bulan atau matahari, walaupun [kedua benda langit] ini memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat; dan karena cahaya yang menakjubkan ini, setiap makhluk hidup mengetahui hal ini: “Suatu makhluk luar biasa telah lahir! Suatu makhluk luar biasa telah lahir!”—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā keluar dari rahim ibunya dengan damai dan tenang. Bahwa Sang Bhagavā keluar dari rahim ibunya dengan damai dan tenang, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika beliau keluar dari rahim ibunya, Sang Bhagavā ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya. Bahwa Sang Bhagavā, ketika beliau keluar dari rahim ibunya, ditutupi sedemikian sehingga beliau tidak terkotori oleh darah atau mani atau kekotoran lainnya—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, empat dewa, dengan memegang potongan kain yang sangat bagus, berdiri di hadapan ibunya dan menggembirakan ibunya dengan menyerukan: “Pangeran ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, dan kekuatan besar.”

“Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, empat dewa dengan memegang potongan kain yang sangat bagus, berdiri di hadapan ibunya dan menggembirakan ibunya dengan menyerukan: “Pangeran ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa. Ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, dan kekuatan besar”—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika beliau baru saja lahir, Sang Bhagavā segera mengambil tujuh langkah dan, tanpa takut, ragu-ragu, atau cemas, melihat ke segala arah. Bahwa Sang Bhagavā, ketika beliau baru saja lahir, segera mengambil tujuh langkah dan, tanpa takut, ragu-ragu, atau cemas, melihat ke segala arah—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, muncul di hadapan ibunya sebuah kolam besar yang penuh dengan air, di mana ibunya dapat membersihkan dirinya. Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, muncul di hadapan ibunya sebuah kolam besar yang penuh dengan air, di mana ibunya dapat membersihkan dirinya—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, dua cucuran air, satu dingin dan satu hangat, mengalir turun dari langit untuk memandikan tubuh Sang Bhagavā. Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, dua cucuran air, satu dingin dan satu hangat, mengalir turun dari langit untuk memandikan tubuh Sang Bhagavā—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, para dewa memukul genderang musik surgawi di langit dan menaburkan di atas Sang Bhagavā bunga seroja biru, bunga seroja merah, bunga seroja merah muda, bunga seroja putih, bunga dari pohon karang surgawi, dan wewangian kayu cendana yang bagus.

“Bahwa ketika Sang Bhagavā baru saja lahir, para dewa memukul genderang musik surgawi di langit dan menaburkan di atas Sang Bhagavā bunga seroja biru, bunga seroja merah, bunga seroja merah muda, bunga seroja putih, bunga dari pohon karang surgawi, dan wewangian kayu cendana yang bagus—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berada di istana ayahnya, Raja Suddhodana, yang sedang mengawasi pertanian sepanjang hari. Duduk di bawah pohon jambu [Sang Bhagavā], terasing dari keinginan, terasing dari keadaan-keadaan jahat dan tidak bermanfaat, dengan awal dan kelangsungan pikiran, dengan sukacita dan kenikmatan yang lahir dari keterasingan, berdiam setelah mencapai jhāna pertama. Pada waktu itu, lewat tengah hari, bayangan semua pohon telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

“Pada waktu itu Suddhodana [kepala suku] orang Sakya, yang sedang mengawasi pertanian, mendekati seorang pekerja dan bertanya: “Pekerja, di manakah pangeran?”

“Pekerja itu menjawab: “Yang mulia, pangeran sekarang berada di bawah pohon jambu.”

“Kemudian Suddhodana orang Sakya pergi menuju pohon jambu. Pada waktu Suddhodana orang Sakya melihat bahwa, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

“Kemudian ia berpikir:

“Sekarang, pangeran ini adalah yang paling menakjubkan, paling luar biasa, ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, dan kekuatan besar. Mengapa? Karena, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh pangeran.

“Sang Bhagavā, bahwa telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon jambu itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang tinggal di Hutan Besar di Vesālī. Saat fajar, ketika malam telah berakhir, Sang Bhagavā mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki Vesālī untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan [dan memakan makanannya], beliau meletakkan jubah dan mangkuknya, mencuci tangan dan kakinya, dan, dengan alas duduk pada bahunya, pergi ke dalam hutan. Tiba di bawah sebuah pohon palem, beliau membentangkan alas duduknya dan duduk bersila. Kemudian, ketika tengah hari telah berlalu, bayangan semua pohon telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

“Kemudian, Mahānāma orang Sakya, yang sedang mengembara di sekitar setelah tengah hari, pergi ke Hutan Besar. Ia melihat bahwa, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

“Kemudian ia berpikir:

“Pertapa Gotama adalah yang paling menakjubkan, paling mengagumkan. Beliau memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat. Mengapa? Karena, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Pertapa Gotama.

“Sang Bhagavā, bahwa telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon palem itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang tinggal di Hutan Besar di Vesālī. Pada waktu itu para bhikkhu telah meletakkan mangkuk-mangkuk di luar di atas tanah dan mangkuk Sang Bhagavā termasuk di antaranya.

“Kemudian seekor monyet datang dan mengambil mangkuk Sang Bhagavā. Para bhikkhu mengusir monyet itu, khawatir ia akan merusak mangkuk Sang Buddha.

“Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: “Hentikan! Hentikan! Jangan mengganggunya. Ia tidak akan merusak mangkuk.”

“Kemudian monyet itu membawa mangkuk Sang Buddha dan pergi ke sebuah pohon sāla. Ia dengan perlahan memanjat pohon itu. Setelah mencapai puncak pohon sāla, ia mengambil madu dan memenuhi mangkuk itu dengan madu. Turun dengan perlahan dari pohon itu, ia kembali dan mendekati Sang Buddha. Ia kemudian dengan hormat mempersembahkan mangkuk madu itu kepada Sang Bhagavā, tetapi Sang Bhagavā tidak menerimanya. Kemudian monyet itu mengundurkan diri ke satu sisi, mengambil sebatang kayu, dan membuang beberapa ekor serangga [dari madu di dalam mangkuk itu]. Setelah membuang beberapa ekor serangga, monyet itu mempersembahkan lagi [mangkuk itu] kepada Sang Buddha. Lagi Sang Buddha tidak menerimanya. Monyet itu lagi mengundurkan diri ke satu sisi, menambahkan air ke dalam madu, dan kembali untuk mempersembahkannya kepada Sang Buddha lagi. Sang Bhagavā dengan siap menerimanya. Melihat bahwa Sang Buddha telah menerima mangkuk madu itu, monyet itu sangat gembira. Dengan menari-nari dan berputar-putar di sekitar, ia pergi.

“Bahwa Sang Bhagavā, dengan menerima semangkuk madu, membuat monyet itu bergembira, menari-nari, dan berputar-putar di sekitar sebelum pergi—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Vesālī di Aula Beratap Segitiga dekat Danau Monyet.

“Pada waktu itu, Sang Bhagavā sedang mengeringkan alas duduknya di bawah terik matahari, menggoncang-goncang dan membersihkannya. Kemudian suatu awan besar yang tidak pada waktunya datang dan menutupi langit, dan akan menurunkan hujan; tetapi harus menunggu Sang Bhagavā. Setelah selesai mengeringkan, menggoncang-goncang, dan membersihkan alas duduknya, dan setelah meletakkannya pada suatu tempat tertentu, Sang Bhagavā mengambil sapu dan pergi ke teras. Ketika melihat Sang Bhagavā telah meletakkan alas duduk, awan besar mulai mengirimkan hujan yang sangat lebat yang membanjiri dataran tinggi dan lembah-lembah.

“Bahwa Sang Bhagavā menyebabkan awan besar itu menunda hujan derasnya yang akan membanjiri dataran tinggi dan lembah-lembah, sampai ia melihat Sang Bhagavā telah meletakkan alas duduknya, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang tinggal di antara penduduk Vajjī, duduk di bawah sebatang pohon sāla kerajaan di dekat Hutan Sumber Air Panas.

“Pada waktu itu, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

“Pada waktu itu pemilik Taman Rāma sedang memeriksa hutan itu. Ia melihat bahwa, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā.

“Kemudian ia berpikir:

“Pertapa Gotama adalah yang paling menakjubkan dan paling mengagumkan. Ia memiliki kekuatan batin besar, kebajikan besar dan hebat, jasa besar, kekuatan besar dan hebat. Mengapa? Karena, telah lewat tengah hari, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Pertapa Gotama.

“Sang Bhagavā, bahwa tengah hari telah berlalu, bayangan semua pohon lainnya telah bergerak, tetapi bayangan pohon sāla kerajaan itu sendiri tetap diam, memberikan naungan terhadap tubuh Sang Bhagavā—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang berdiam di Tempat Pemujaan Ātumā. Pada waktu itu, saat fajar, ketika malam telah berakhir, Sang Bhagavā mengenakan jubahnya, membawa mangkuknya, dan memasuki desa Ātumā untuk mengumpulkan dana makanan. Setelah selesai mengumpulkan dana makanan [dan memakan makanannya], beliau meletakkan jubah dan mangkuknya dan mencuci tangan dan kakinya. Dengan membawa alas duduk di bahunya, beliau memasuki tempat pemujaan untuk bermeditasi.

“Pada waktu itu, terdapat badai besar dengan hujan es, yang membunuh empat ekor sapi dan dua orang petani. Selama [mengadakan] upacara pemakaman, keramaian orang membuat kegaduhan besar, yang bergema [ke semua sekelilingnya]. Sementara itu Sang Bhagavā telah bangkit dari meditasi duduknya pada sore hari dan pergi keluar dari tempat pemujaan untuk berlatih meditasi jalan di udara terbuka.

“Pada waktu itu seseorang di antara keramaian besar itu melihat Sang Bhagavā telah bangkit dari meditasi duduknya pada sore hari dan keluar dari tempat pemujaan untuk berlatih meditasi jalan di udara terbuka. Maka, ia mendekati Sang Buddha dan, setelah memberikan penghormatan pada kaki [Sang Buddha], mengikuti beliau dalam meditasi jalan.

“Melihat orang ini di belakangnya, Sang Buddha bertanya: “Mengapa keramaian orang membuat kegaduhan besar, yang bergema [ke semua sekelilingnya]?”

“Orang itu menjawab:

“Sang Bhagavā, hari ini terdapat badai besar dengan hujan es, yang membunuh empat ekor sapi dan dua orang petani. [Sekarang,] selama upacara pemakaman, keramaian orang membuat kegaduhan besar, yang bergema [ke semua sekelilingnya]. Sang Bhagavā, apakah anda tidak mendengar suaranya tadi?

“Sang Bhagavā menjawab: “Aku tidak mendengar suara.”

“[Orang itu] bertanya lagi: “Sang Bhagavā, apakah anda tertidur tadi?”

“[Sang Bhagavā] menjawab: “Tidak.”

“[Orang itu] bertanya lagi: “Sang Bhagavā, pada waktu itu anda terjaga [tetapi] anda tidak mendengar suara besar itu?”

“[Sang Bhagavā] menjawab: “Demikianlah.”

“Kemudian orang itu berpikir:

“Sangat menakjubkan! Sangat mengagumkan! Betapa tenangnya Sang Tathāgata berdiam, yang bebas dari kemelekatan dan tercerahkan sempurna. Mengapa? [Karena beliau] tidak mendengar suara yang demikian ribut [walaupun] beliau sedang terjaga.

“Bahwa Sang Bhagavā tidak mendengar suara yang demikian ribut [walaupun] beliau sedang terjaga, ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā sedang berdiam di Uruvela di tepi Sungai Nerañjarā di bawah sebatang pohon banyan di dekat sungai itu, setelah baru saja mencapai jalan Kebuddhaan. Pada waktu itu hujan deras turun dan bertahan selama tujuh hari, yang membanjiri dataran tinggi dan lembah-lembah, dan segalanya berada di bawah air. Di tengah-tengah banjir itu Sang Bhagavā berlatih meditasi jalan di udara terbuka, dan menyebabkan debu naik.

“Bahwa Sang Bhagavā berlatih meditasi jalan di udara terbuka di tengah-tengah banjir itu dan ini menyebabkan debu naik—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Raja Māra mengikuti Sang Buddha selama enam tahun, dengan mencari untuk menemukan kesalahan dari dirinya. Tidak dapat menemukan kesalahan apa pun, ia menjadi bosan dan berbalik. Sang Bhagavā, bahwa Raja Māra mengikuti Sang Bhagavā selama enam tahun mencari untuk menemukan kesalahan dari dirinya dan, tidak dapat menemukan kesalahan apa pun, menjadi bosan dan berbalik—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.

“Aku telah mendengar bahwa Sang Bhagavā tetap penuh perhatian terhadap tubuhnya terus-menerus selama tujuh tahun. Bahwa Sang Bhagavā tetap penuh perhatian terhadap tubuhnya terus-menerus selama tujuh tahun—ini kuingat sebagai suatu kualitas luar biasa Sang Bhagavā.”

Kemudian, Sang Bhagavā berkata:

“Ānanda, ingatlah lebih jauh kualitas luar biasa Sang Tathāgata ini. Ānanda, Sang Tathāgata menyadari perasaan-perasaan ketika mereka muncul, bertahan, dan lenyap, dengan menyadarinya terus-menerus, tanpa satu saat pun tidak menyadarinya. Ānanda, Sang Tathāgata menyadari pemikiran-pemikiran … persepsi-persepsi ketika mereka muncul, bertahan, dan lenyap, dengan menyadarinya terus-menerus, tanpa satu saat pun tidak menyadarinya. Oleh sebab itu, Ānanda, ingatlah lebih jauh kualitas luar biasa Sang Tathāgata ini.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu [lainnya] bergembira dan mengingatnya dengan baik.