Madhyamāgama

35. Kotbah kepada Asura

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Verañjā, di Hutan Alang-Alang Merah.

Pada waktu itu, ketika malam akan berganti menjadi fajar, Pahārāda, raja asura, putra asura Malejā, dengan penampilan yang mulia dan cahaya yang cemerlang, mendekati Sang Buddha, bersujud pada kaki Sang Bhagavā, dan berdiri pada satu sisi.

Sang Bhagavā bertanya:

“Pahārāda, bagi para asura di samudera, apakah tidak ada penurunan dalam masa kehidupan para asura, atau dalam penampilan para asura, kebahagiaan para asura, atau kekuatan para asura? Apakah para asura bergembira dalam samudera?”

Pahārāda, raja asura, putra asura Malejā, menjawab:

“Sang Bhagavā, bagi kami para asura di samudera tidak ada penurunan dalam masa kehidupan para asura, atau dalam penampilan para asura, kebahagiaan para asura, atau kekuatan para asura. Kami para asura semuanya bergembira dalam samudera.”

Sang Bhagavā bertanya lebih lanjut, “Pahārāda, berapa banyak kualitas luar biasa yang dimiliki samudera sehingga para asura bergembira dalam melihatnya?

Pahārāda menjawab:

“Sang Bhagavā, samudera kami memiliki delapan kualitas luar biasa yang menggembirakan para asura. Apakah delapan kualitas ini? Sang Bhagavā, dari dasar sampai permukaan samudera kami perlahan-lahan menjadi lebih luas dalam kelilingnya, secara merata dan seragam meningkat sampai ke pantai; dan airnya selalu penuh tetapi tidak pernah meluap. Sang Bhagavā, bahwa dari dasar sampai permukaan samudera kami perlahan-lahan menjadi lebih luas dalam kelilingnya, secara merata dan seragam meningkat sampai ke pantai; dan airnya selalu penuh tetapi tidak pernah meluap—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa pertama dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Lagi, Sang Bhagavā, pasang surut samudera kami tidak pernah di luar waktunya. Sang Bhagavā, bahwa pasang surut samudera kami tidak pernah di luar waktunya—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedua dari samudera kami, yang menggembirakan para asura. Lagi, Sang Bhagavā, air samudera kami sangat dalam, tanpa dasar, dan sangat luas, tidak terbatas. Sang Bhagavā, bahwa air samudera kami sangat dalam, tidak berdasar, dan sangat luas, tidak terbatas—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketiga dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Lagi, Sang Bhagavā, air samudera kami adalah asin, yang memiliki rasa sama di mana pun. Sang Bhagavā, bahwa air samudera kami asin, yang memiliki rasa sama di mana pun—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keempat dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Lagi, Sang Bhagavā, samudera kami berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis permata yang luar biasa. Ia penuh dengan barang-barang berharga seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik.

“Sang Bhagavā, bahwa samudera kami berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis permata yang luar biasa, penuh dengan barang-barang berharga seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kelima dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Lagi, Sang Bhagavā, samudera kami adalah kediaman para dewa yang perkasa, seperti para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala.

“Lebih lanjut, di samudera berdiam makhluk-makhluk paling menakjubkan dan luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga; makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera.

“Sang Bhagavā, bahwa samudera kami adalah kediaman para dewa yang perkasa, seperti para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, dan [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala; dan bahwa, di sana berdiam di samudera makhluk-makhluk paling menakjubkan dan luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga; makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keenam dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Lagi, Sang Bhagavā, samudera kami adalah murni dan tidak menerima jenazah. Jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar di pantai dalam waktu semalam.

“Sang Bhagavā, bahwa samudera kami adalah murni dan tidak menerima jenazah, dan bahwa jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar di pantai dalam waktu semalam—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketujuh dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Lagi, Sang Bhagavā, terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera kami, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī. Mereka semua memasuki samudera raya, dan ketika mereka telah memasukinya, mereka meninggalkan nama asli mereka dan disebut “samudera raya”.

“Sang Bhagavā, bahwa terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera kami, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī; dan bahwa mereka semua memasuki samudera raya dan, ketika mereka telah memasukinya, mereka meninggalkan nama asli mereka dan disebut “samudera raya”—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedelapan dari samudera kami, yang menggembirakan para asura.

“Sang Bhagavā, ini adalah delapan kualitas dari samudera kami, yang menggembirakan para asura. Sang Bhagavā, berapa banyak kualitas luar biasa yang terdapat dalam ajaran dan disiplin sejati Sang Buddha, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya?”

Sang Bhagavā menjawab:

“Pahārāda, terdapat juga delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Apakah delapan hal itu? Pahārāda, seperti halnya dari dasar sampai permukaan samudera perlahan-lahan menjadi lebih besar dalam kelilingnya, secara merata dan seragam meningkat sampai ke pantai; dan seperti halnya airnya selalu penuh tetapi tidak pernah meluap, sama halnya, Pahārāda ajaran dan disiplin sejatiku adalah [untuk] secara perlahan-lahan dijalankan, secara perlahan-lahan dilatih, secara perlahan-lahan disempurnakan, dan secara perlahan-lahan diajarkan.

“Pahārāda, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku adalah [untuk] secara perlahan-lahan dijalankan, secara perlahan-lahan dilatih, secara perlahan-lahan disempurnakan, dan secara perlahan-lahan diajarkan—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa pertama dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya pasang surut samudera tidak pernah di luar waktunya, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak akan pernah, sampai akhir kehidupan mereka, melanggar aturan pelatihan, yang telah aku kembangkan untuk para anggota keluarga ini.

“Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para bhikkhu, bhikkhuni, umat awam laki-laki, dan umat awam perempuan tidak akan pernah, sampai akhir kehidupan mereka, melanggar aturan pelatihan, yang telah aku kembangkan untuk para anggota keluarga ini—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedua dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya air samudera adalah sangat dalam, tanpa dasar, dan sangat luas, tak terbatas, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, ajaran-ajarannya adalah mendalam. Mereka mendalam dan tanpa dasar, sangat luas dan tak terbatas.

“Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, ajaran-ajarannya adalah mendalam, bahwa mereka mendalam dan tanpa dasar, sangat luas dan tak terbatas—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketiga dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya air samudera adalah asin, yang memiliki rasa sama di mana pun, sama halnya, Pahārāda, ajaran dan disiplin sejatiku memiliki rasa kebosanan, rasa pencerahan, rasa ketenangan, dan rasa sang jalan.

“Pahārāda, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku memiliki rasa kebosanan, rasa pencerahan, rasa ketenangan, dan rasa sang jalan—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keempat dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya samudera berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis permata yang luar biasa, penuh dengan barang-barang berharga seperti emas, perak, kristal, beril, batu berharga, mutiara, giok hijau, giok putih, kulit kerang, koral, ambar, akik, tempurung kura-kura, rubi, dan manik-manik, sama halnya, Pahārāda, ajaran dan disiplin sejatiku berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis “pertama yang luar biasa”, seperti empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima kemampuan, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan jalan mulia berunsur delapan.

“Pahārāda, bahwa ajaran dan disiplin sejatiku berlimpah-limpah dengan harta karun, benda berharga yang tidak terhitung, dan banyak jenis pertama yang luar biasa seperti empat penegakan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan batin, lima kemampuan, lima kekuatan, tujuh faktor pencerahan, dan jalan mulia berunsur delapan—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kelima dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya samudera adalah kediaman para dewa yang perkasa, yaitu para asura, gandhabba, rakkhasa, makara, kura-kura, buaya, ular vāruṇī, dan [makhluk mirip ikan besar lainnya seperti] timi, timingala, dan timitimingala; dan seperti halnya di samudera berdiam makhluk-makhluk paling menakjubkan dan luar biasa dengan tubuh sepanjang seratus liga, dua ratus liga, sampai dengan tiga ratus liga, atau bahkan sampai dengan tujuh ratus liga, makhluk-makhluk [dengan] tubuh [demikian] semuanya hidup di samudera, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku terdapat komunitas para orang mulia, para makhluk spiritual agung yang semuanya berdiam di dalamnya, yaitu para arahant dan mereka yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, yang tidak-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, yang sekali-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, dan pemasuk-arus dan mereka yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus.

“Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku terdapat komunitas para orang mulia, para makhluk spiritual agung yang semuanya berdiam di dalamnya, yaitu para arahant dan mereka yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, yang tidak-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, yang sekali-kembali dan mereka yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, dan pemasuk-arus dan mereka yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa keenam dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya samudera adalah murni dan tidak menerima jenazah, dan jika seseorang meninggal di samudera, tubuhnya ditiup oleh angin dan terdampar di pantai dalam waktu semalam, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, perkumpulan orang mulia adalah murni; ia tidak menerima “jenazah”. Jika terdapat mereka yang tanpa semangat, jahat, orang selibat palsu walaupun mengaku sebagai orang selibat, pertapa palsu walaupun mengaku sebagai pertapa, maka meskipun mereka berada di tengah-tengah perkumpulan orang mulia, mereka jauh dari komunitas orang mulia dan komunitas orang mulia jauh dari mereka.

“Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, perkumpulan orang mulia adalah murni dan tidak menerima “jenazah”; jika terdapat mereka yang tanpa semangat, jahat, orang selibat palsu walaupun mengaku sebagai orang selibat, pertapa palsu walaupun mengaku sebagai pertapa, yang, meskipun mereka berada di tengah-tengah perkumpulan orang mulia, jauh dari komunitas orang mulia dan komunitas orang mulia jauh dari mereka—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa ketujuh dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Lagi, Pahārāda, seperti halnya terdapat lima sungai besar dari Jambudīpa yang memasuki samudera, yaitu Gangga, Yamunā, Sarabhū, Aciravatī, dan Mahī, yang semuanya memasuki samudera raya dan, setelah mereka memasukinya, mereka meninggalkan nama asli mereka dan semuanya [hanya] disebut “samudera raya”, sama halnya, Pahārāda, dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para anggota keluarga khattiya yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa; [juga] … para brahmana … perumah tangga … pekerja, yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa.

“Pahārāda, bahwa dalam ajaran dan disiplin sejatiku, para anggota keluarga khattiya yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa; [juga] … para brahmana … perumah tangga … pekerja, yang mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan, orang-orang ini meninggalkan nama asli mereka dan semuanya disebut pertapa—ini dikatakan sebagai kualitas luar biasa kedelapan dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Pahārāda, ini adalah delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku, yang, setelah melihatnya para bhikkhu bergembira di dalamnya.

“Pahārāda, apakah yang engkau pikirkan? Antara delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejatiku dan delapan kualitas luar biasa dari samudera, dari dua jenis kualitas luar biasa ini, manakah yang lebih unggul, lebih mengagumkan, lebih menakjubkan, manakah yang tertinggi?

“Pahārāda menjawab: Sang Bhagavā, delapan kualitas luar biasa dari samudera lebih rendah daripada delapan kualitas luar biasa dari ajaran dan disiplin sejati Sang Tathāgata dalam seribu atau sepuluh ribu kali; mereka tidak dapat dibandingkan, disamakan, diukur, atau dihitung. Delapan kualitas luar biasa ajaran dan disiplin sejati Sang Bhagavā lebih unggul, lebih menakjubkan, lebih mengagumkan, dan tertinggi. Sang Bhagavā, aku sekarang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan komunitas para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam. Sejak hari ini aku mengambil perlindungan sampai akhir hidupku.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Pahārāda, raja asura, bersama-sama dengan para bhikkhu, bergembira dan mengingatnya dengan baik.