Madhyamāgama

36. Kotbah tentang Gempa Bumi

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di negeri Vajji di sebuah kota bernama Bhūmi. Pada waktu itu, terjadi suatu gempa bumi yang hebat. Ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

Kemudian Yang Mulia Ānanda melihat bahwa terjadi suatu gempa bumi yang hebat, dan bahwa ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali. Melihat hal ini, Yang Mulia Ānanda ketakutan dan rambut tubuhnya berdiri tegak. Ia kemudian mendekati Sang Buddha dan, setelah memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, berdiri pada satu sisi, dan berkata:

“Sang Bhagavā, baru saja bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda, dengan mengatakan:

“Sesungguhnya, Ānanda. Baru saja bumi berguncang dengan hebat. Sesunguhnya, Ānanda. Ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.”

Kemudian Yang Mulia Ānanda bertanya:

“Sang Bhagavā, ada berapa banyak sebab yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali?”

Sang Bhagavā menjawab:

“Ānanda, terdapat tiga sebab yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

“Apakah tiga hal itu? Ānanda, bumi ini terletak di atas air; air terletak di atas angin; dan angin bergantung pada ruang. Ānanda, terjadi suatu saat ketika angin kencang mulai bertiup di angkasa. Ketika angin mulai bertiup, air menjadi terganggu; dan ketika air terganggu, bumi berguncang.

“Ini adalah sebab pertama yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

“Lagi, Ānanda, seorang bhikkhu yang memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa yang besar, kekuatan yang besar dan hebat, dapat, dengan kekuatan batin dari penguasaan atas pikiran, mengembangkan persepsi tanah sebagai kecil dan persepsi air sebagai tidak terbatas.

“Karena hal ini, bumi ini berperilaku sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan kehendaknya, yang terganggu lagi dan lagi, berguncang lagi dan lagi.

“Tidak hanya seorang bhikkhu, seorang dewa juga, yang memiliki penguasaan-diri, seseorang yang memiliki kekuatan batin yang besar, kebajikan yang besar dan hebat, jasa yang besar, kekuatan yang besar dan hebat, dapat mengembangkan persepsi bumi sebagai kecil dan persepsi air sebagai tidak terbatas dengan kekuatan batin dari penguasaan atas pikirannya.

“Karena hal ini, bumi ini berperilaku sesuai dengan keinginannya, sesuai dengan kehendaknya, yang terganggu lagi dan lagi, berguncang lagi dan lagi.

“Ini adalah sebab kedua yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

“Lagi, Ānanda, jika seorang Tathāgata akan mencapai nirvana akhir segera, dalam tiga bulan, karena alasan ini bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

“Ini adalah sebab ketiga yang menyebabkan bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.”

Mendengar hal ini, Yang Mulia Ānanda mulai menangis dan menitikkan air mata. Dengan merangkapkan telapak tangan [untuk menghormat] kepada Sang Buddha, ia berkata:

“Sang Bhagavā, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian. Mengapa demikian? [Karena] Sang Tathāgata akan memasuki nirvana akhir segera, dalam tiga bulan. [Oleh karena itu] pada saat ini [sekarang], bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.”

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada Yang Mulia Ānanda:

“Sesungguhnya, Ānanda, sesungguhnya. Adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian.

“Mengapa demikian? [Karena] Sang Tathāgata akan memasuki nirvana akhir segera, dalam tiga bulan. [Oleh karena itu] pada saat ini [sekarang], bumi berguncang dengan hebat, dan ketika bumi berguncang dengan hebat, angin ribut mulai bertiup di semua keempat arah, meteor muncul di semua keempat arah, dan semua rumah dan tembok runtuh dan hancur sama sekali.

“Lebih lanjut, Ānanda, aku telah mendekati tak terhitung ratusan dan ribuan perkumpulan khattiya, duduk dan berdiskusi dengan mereka, dan membuat mereka merasa tenang. Setelah duduk bersama mereka, aku mengambil penampilan yang menyerupai penampilan mereka, suara yang menyerupai suara mereka, dan pembawaan diri dan tata krama yang menyerupai pembawaan diri dan tata krama mereka. Jika mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

“Lebih lanjut, aku mengajarkan mereka Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka. Setelah mengajarkan mereka Dharma dengan menggunakan tak terhitung cara terampil, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka, aku kemudian menghilang dari tempat itu. Setelah aku menghilang, mereka tidak mengetahui siapakah aku, apakah aku manusia atau bukan manusia.

“Sama halnya, Ānanda, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian, telah melakukan hal yang sama dengan perkumpulan brahmana … perkumpulan perumah tangga … perkumpulan pertapa.

“[Lebih lanjut,] Ānanda, aku telah mendekati tak terhitung ratusan dan ribuan perkumpulan empat raja dewa, duduk dan berdiskusi dengan mereka, dan membuat mereka merasa tenang.

“Setelah duduk bersama mereka, aku mengambil penampilan yang menyerupai penampilan mereka, suara yang menyerupai suara mereka, dan pembawaan diri dan tata krama yang menyerupai pembawaan diri dan tata krama mereka. Jika mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

“Lebih lanjut, aku mengajarkan mereka Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka. Setelah mengajarkan mereka Dharma dengan menggunakan tak terhitung cara terampil, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka, aku kemudian menghilang dari tempat itu. Setelah aku menghilang, mereka tidak mengetahui siapakah aku, apakah aku dewa atau bukan dewa.

“Sama halnya, Ānanda, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian, telah melakukan hal yang sama dengan perkumpulan tiga puluh tiga dewa … para dewa Yama … para dewa Tusita … para dewa yang menyenangi penciptaan … para dewa yang menyenangi ciptaan [dewa] lain … para dewa yang merupakan pengikut Brahmā … para dewa yang merupakan pelayan dan menteri Brahmā … para dewa dengan cahaya terbatas … para dewa dengan cahaya tak terukur … pada dewa dengan cahaya terus-menerus … para dewa dengan kemuliaan terbatas … para dewa dengan kemuliaan tak terukur … para dewa dengan kemuliaan bercahaya … para dewa yang cerah … para dewa dengan jasa berlimpah … para dewa dengan pahala besar … para dewa tanpa-kekesalan … para dewa tanpa-kesengsaraan … para dewa dengan penglihatan baik … para dewa dengan penampilan baik.

“[Lagi,] Ānanda, aku telah mendekati tak terhitung ratusan ribu perkumpulan para dewa dengan bentuk tertinggi, duduk dan berdiskusi dengan mereka, dan membuat mereka merasa tenang. Setelah duduk bersama mereka, aku mengambil penampilan yang menyerupai penampilan mereka, suara yang menyerupai suara mereka, dan pembawaan diri dan tata krama yang menyerupai pembawaan diri dan tata krama mereka. Jika mereka menanyakan pertanyaan-pertanyaan, aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

“Lebih lanjut, aku mengajarkan mereka Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka. Setelah mengajarkan mereka Dharma dengan menggunakan tak terhitung cara terampil, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakan mereka, aku kemudian menghilang dari tempat itu. Setelah aku menghilang, mereka tidak mengetahui siapakah aku, apakah aku dewa atau bukan dewa. Dengan cara ini, Ānanda, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa Sang Tathāgata, yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna, telah menyempurnakan [semua] perbuatan berjasa dan memperoleh kualitas-kualitas luar biasa demikian.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.