Madhyamāgama
38. Kotbah [Pertama] kepada Perumah Tangga Ugga
Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berada di Vesālī, berdiam di Hutan Besar. Pada waktu itu, perumah tangga Ugga, yang dilayani hanya oleh para wanita, pergi keluar Vesālī diikuti oleh semua wanitanya dan, [pertengahan jalan] antara Vesālī dan Hutan Besar, menikmati dirinya sendiri seperti seorang raja dengan para selirnya. Kemudian perumah tangga Ugga, yang telah menjadi sangat mabuk karena minuman keras, meninggalkan para wanita itu dan pergi ke Hutan Besar.
Perumah tangga Ugga, yang sangat mabuk karena minuman keras, melihat dari jauh Sang Bhagavā, di antara pepohonan hutan, dimuliakan dan indah, bagaikan rembulan di tengah-tengah bintang, dengan cahaya yang cemerlang, bersinar bagaikan gunung emas, diberkahi dengan penampilan mengagumkan dan kemuliaan yang agung, dengan indera-indera yang tenang, bebas dari halangan, sempurna dan terdisiplinkan, dengan pikirannya tenang dan damai. Ketika melihat Sang Buddha, perumah tangga Ugga tersadarkan [dari mabuk] seketika; dan, setelah tersadarkan [dari mabuk], ia mendekati Sang Buddha. Dengan memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, ia duduk pada satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā mengajarkannya Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya.
Setelah dengan tak terhitung cara terampil mengajarkan [Ugga] Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [beliau melakukan] seperti yang dilakukan semua Buddha ketika pertama kali mengajarkan Dharma sejati untuk menggembirakan para pendengarnya: beliau mengajarkan tentang kedermawanan, moralitas, kelahiran kembali di surga, kerugian keinginan indera, dan kekotoran dari kelahiran dan kematian [yang berulang kali], dan beliau memuji keunggulan dari kebosanan dan kemurnian unsur-unsur sang jalan.
Setelah mengajarkan Dharma dengan cara ini, Sang Buddha mengetahui bahwa pikiran [Ugga] bergembira, siap, lunak, dapat bertahan, mulia, terpusat, bebas dari keragu-raguan, bebas dari rintangan, mampu, dan cukup kuat untuk menerima ajaran sejati. Kemudian Sang Bhagavā mengajarkannya inti ajaran sejati yang diajarkan semua Buddha: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya].
Sekejap, ketika duduk [tepat di sana], perumah tangga [Ugga] melihat empat kebenaran mulia: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Seperti halnya sehelai kain putih dengan mudah dicelup, demikian juga perumah tangga sekejap, ketika duduk [tepat di sana], melihat empat kebenaran mulia: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya].
Kemudian perumah tangga Ugga, setelah melihat Dharma, setelah mencapai Dharma, tercerahkan dengan kemauannya sendiri pada Dharma murni, memotong semua keragu-raguan dan mengatasi ketidakpastian. [Baginya] tidak ada guru lain; ia tidak akan lagi mengikuti [guru] lain. Tanpa kebimbangan, ia berdiam dalam realisasi sang buah. Dalam ajaran Sang Bhagavā ia mencapai ketanpagentaran.
Kemudian perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan berkata:
“Sang Bhagavā, aku sekarang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan perkumpulan para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam. Sejak hari ini aku mengambil perlindungan [kepada Tiga Permata] sampai akhir kehidupanku. Sang Bhagavā, sejak hari ini, aku [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku.”
Setelah [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupnya, perumah tangga Ugga memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Sang Buddha, mengelilinginya tiga kali, dan pergi.
Ketika kembali ke rumah, ia dengan segera mengumpulkan semua wanita [dari rumahnya]. Setelah mengumpulkan mereka, ia berkata:
“Ketahuilah bahwa aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku. Siapa pun dari kalian yang ingin [tetap] tinggal di sini dapat melakukannya, dengan menjalankan kedermawanan dan berbuat jasa; siapa pun yang tidak ingin untuk tinggal dapat kembali ke rumahnya masing-masing; dan siapa pun yang ingin menikah [kembali], aku akan membuat kalian menikah [kembali].”
Kemudian istri pertama berkata kepada perumah tangga Ugga:
“Tuan, karena engkau [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupmu, engkau dapat menikahkanku kembali dengan seorang pria bernama ini.”
Kemudian perumah tangga Ugga menyuruh pria itu dipanggil. Dengan tangan kiri memegang lengan istri pertamanya dan tangan kanannya memegang sebuah kendi emas [untuk upacara pernikahan], ia berkata kepada pria itu, “Aku sekarang menikahkan istri pertamaku kepadamu.”
Mendengar hal ini, pria itu ketakutan, dan rambut tubuhnya berdiri tegak. Ia berkata kepada perumah tangga Ugga, “Tuan, apakah engkau ingin membunuhku? Apakah engkau ingin membunuhku?”
Perumah tangga itu menjawab:
“Aku tidak akan membunuhmu. Namun, aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku, dan karena alasan itu aku menikahkan istri pertamaku kepadamu.”
Setelah melepaskan istri pertamanya, sebelum melepaskannya, dan pada waktu melepaskannya, perumah tangga Ugga tidak memiliki pikiran menyesal.
Pada waktu itu Sang Bhagavā dikelilingi oleh tak terhitung ratusan dan ribuan orang. Dalam keramaian besar itu beliau memuji perumah tangga Ugga, [dengan berkata]: “Perumah tangga Ugga memiliki delapan kualitas luar biasa.”
Kemudian setelah malam telah berlalu, saat fajar, seorang bhikkhu tertentu memakai jubahnya, membawa mangkuknya, dan pergi ke rumah perumah tangga Ugga. Melihat dari jauh bahwa seorang bhikkhu datang, perumah tangga Ugga langsung bangkit dari tempat duduknya dan mengatur pakaiannya sehingga memperlihatkan satu bahu. Dengan merangkapkan kedua telapak tangannya [untuk menghormat] kepada bhikkhu itu, ia berkata: “Selamat datang, yang mulia! Yang mulia belum datang ke sini selama waktu yang lama. Silahkan duduk di dipan ini.”
Kemudian bhikkhu itu duduk di dipan itu. Perumah tangga Ugga memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki bhikkhu itu dan duduk pada satu sisi. Bhikkhu itu berkata:
“Perumah tangga, engkau memiliki keuntungan besar dan jasa besar. Mengapa demikian? Karena dalam suatu perkumpulan tak terhitung ratusan dan ribuan orang Sang Bhagavā telah memuji dirimu, [dengan berkata] “Perumah tangga Ugga memiliki delapan kualitas luar biasa.” Perumah tangga, apakah delapan kualitas luar biasa yang engkau miliki itu?”
Perumah tangga Ugga menjawab bhikkhu itu, dengan berkata:
“Yang mulia, [karena] Sang Bhagavā sebelumnya tidak menjelaskan hal ini lebih lanjut, aku tidak mengetahui sehubungan dengan apakah Sang Bhagavā mengatakan hal ini. Bagaimana pun, yang mulia, mohon dengarkan apakah kualitas-kualitas yang kumiliki.
“Pada suatu ketika, yang mulia, Sang Bhagavā sedang berdiam di Vesālī, di Hutan Besar. Pada waktu itu, dilayani hanya oleh para wanita, aku pergi keluar Vesālī diikuti oleh mereka dan, [pertengahan jalan] antara Vesālī dan Hutan Besar, aku menikmati diriku sendiri bagaikan seorang raja dengan para selirnya.
“Pada waktu itu, yang mulia, aku sangat mabuk karena minuman keras. Aku meninggalkan para wanita itu dan pergi ke Hutan Besar.
“Pada waktu itu, yang mulia, sangat mabuk karena minuman keras, aku melihat dari jauh Sang Bhagavā, di antara pepohonan hutan, dimuliakan dan indah, bagaikan rembulan di tengah-tengah bintang, dengan cahaya yang cemerlang, bersinar bagaikan gunung emas, diberkahi dengan penampilan yang gagah dan kemuliaan yang agung, dengan indera-indera yang tenang, bebas dari halangan, sempurna dan terdisiplinkan, dengan pikirannya tenang dan damai. Ketika melihat Sang Buddha, [aku] tersadarkan seketika. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga berkata:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, setelah tersadarkan, aku mendekati Sang Buddha. Memberikan penghormatan dengan kepalaku pada kaki Sang Buddha, aku duduk pada satu sisi. Kemudian Sang Bhagavā mengajarkanku Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakanku. Setelah dengan tak terhitung cara terampil mengajarkanku Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakanku, [beliau melakukan] seperti yang dilakukan semua Buddha ketika pertama kali mengajarkan Dharma sejati untuk menggembirakan para pendengarnya: beliau mengajarkan tentang kedermawanan, moralitas, kelahiran kembali di surga, kerugian dari keinginan indera, dan kekotoran dari kelahiran dan kematian [yang berulang-ulang], dengan memuji keunggulan dari kebosanan dan kemurnian dari unsur-unsur sang jalan. Setelah mengajarkanku Dharma dengan cara ini, Sang Buddha mengetahui bahwa pikiranku bergembira, siap, lunak, dapat bertahan, mulia, terpusat, bebas dari keragu-raguan, bebas dari rintangan, mampu, dan cukup kuat untuk menerima ajaran sejati.
“Kemudian Sang Bhagavā mengajarkanku inti ajaran sejati yang diajarkan semua Buddha: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Dengan sekejap, ketika duduk [tepat di sana], aku melihat empat kebenaran mulia, yaitu: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Seperti halnya sehelai kain putih dengan mudah dicelup, demikian juga, aku dengan sekejap, ketika duduk [tepat di sana], melihat empat kebenaran mulia, yaitu: penderitaan, munculnya, lenyapnya, dan jalan [menuju lenyapnya]. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga melanjutkan:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, setelah melihat Dharma, setelah mencapai Dharma, aku tercerahkan dengan kemauanku sendiri pada Dharma sejati, memotong keragu-raguan, dan mengatasi ketidakpastian. [Bagiku] tidak ada guru lain; aku tidak akan lagi mengikuti [guru] lain. Tanpa kebimbangan, aku berdiam dalam realisasi sang buah. Dalam ajaran Sang Bhagavā aku telah mencapai ketanpagentaran.
“Kemudian, yang mulia, aku bangkit dari tempat dudukku, memberikan penghormatan kepada Sang Buddha, dan berkata:
“Sang Bhagavā, aku sekarang mengambil perlindungan kepada Buddha, Dharma, dan perkumpulan para bhikkhu. Semoga Sang Bhagavā menerimaku sebagai seorang pengikut awam. Sejak hari ini aku mengambil perlindungan [kepada Tiga Permata] sampai akhir kehidupanku. Sang Bhagavā, sejak hari ini, aku [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku.
“Yang mulia, karena aku [berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku—dan, sepengetahuanku, tidak pernah melanggar aturan pelatihan itu—aku memiliki kualitas ini, yang mulia.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga melanjutkan:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, setelah [berikar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku, aku memberikan penghormatan dengan kepalaku pada kaki Sang Buddha, mengelilingnya tiga kali, dan pergi. Ketika kembali ke rumah, aku mengumpulkan semua wanita [dari rumah]. Setelah mengumpulkan mereka, aku berkata:
“Ketahuilah bahwa aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Bhagavā, menjalankan kehidupan selibat, dan menjaga lima aturan pelatihan selama sisa hidupku. Siapa pun dari kalian yang ingin [tetap] tinggal di sini dapat melakukannya, dengan menjalankan kedermawanan dan berbuat jasa; siapa pun yang tidak ingin untuk tinggal dapat kembali ke rumahnya masing-masing; dan siapa pun yang ingin menikah [kembali], aku akan membuat kalian menikah [kembali].
“Kemudian istri pertamaku berkata kepadaku:
“Tuan, karena engkau [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupmu, engkau dapat menikahkanku kembali dengan seorang pria bernama ini.
“Kemudian, yang mulia, aku langsung menyuruh pria itu dipanggil. Dengan tangan kiri memegang lengan istri pertamaku dan tangan kananku memegang sebuah kendi emas, aku berkata kepada pria itu, “Aku sekarang menikahkan istri pertamaku kepadamu.”
“Mendengar hal ini, pria itu ketakutan, dan rambut tubuhnya berdiri tegak. Ia berkata kepadaku, “Tuan, apakah engkau ingin membunuhku? Apakah engkau ingin membunuhku?”
“Yang mulia, aku berkata kepadanya:
“Aku tidak akan membunuhmu. Namun, aku [telah berikrar untuk] mengikuti Sang Buddha, menjalankan kehidupan selibat, dan menjalankan lima aturan pelatihan selama sisa hidupku, dan karena alasan itu aku menikahkan istri pertamaku kepadamu.
“Yang mulia, setelah melepaskan istri pertamaku, sebelum melepaskannya, dan pada saat melepaskannya, aku tidak memiliki pikiran menyesal. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga melanjutkan:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, ketika aku mengunjungi suatu kediaman monastik, segera ketika aku menemui seorang bhikkhu aku memberikan penghormatan kepadanya. Jika ia sedang berlatih meditasi jalan, aku mengikutinya dalam berlatih meditasi jalan. Jika ia duduk, maka aku duduk pada satu sisi dan, setelah duduk, aku mendengarkan Dharma. Yang mulia itu mengajarkan Dharma kepadaku dan aku juga [bergiliran] mengajarkan Dharma kepada yang mulia itu. Yang mulia itu menanyaiku pertanyaan-pertanyaan dan aku juga menanyai beliau pertanyaan-pertanyaan. Yang mulia itu menjawabku dan aku juga menjawab beliau. Yang mulia, aku tidak pernah ingat pernah merendahkan bhikkhu mana pun, apakah ia seorang [bhikkhu] junior, seorang [bhikkhu] tingkat menengah, atau seorang [bhikkhu] senior. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga melanjutkan:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Lebih lanjut, yang mulia, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:
“Perumah tanggga, orang ini adalah seorang arahant, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, orang ini adalah seorang yang tidak-kembali, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, orang ini adalah seorang yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang pemasuk-arus, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus, orang ini adalah tekun, orang ini adalah tidak tekun.
“Tetapi, yang mulia, aku tidak ingat bahwa, ketika memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, aku pernah membeda-bedakan mereka. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga melanjutkan:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini.
“Lebih lanjut, yang mulia, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:
“Perumah tangga, terdapat Sang Tathāgata, bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan].
“Yang mulia, bukan demi keyakinan terhadap perkataan dewa itu, ataupun demi kegembiraan terhadap perkataannya, ataupun karena setelah mendengarkannya darinya, tetapi alih-alih dengan pengetahuanku yang dimurnikan aku mengetahui: Sang Tathāgata adalah seseorang yang bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan]. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga melanjutkan:
“Yang mulia, aku tidak hanya memiliki kualitas ini.
“Lebih lanjut, yang mulia, lima belenggu yang lebih rendah itu yang telah dinyatakan Sang Buddha, yaitu keinginan indera, kebencian, pandangan diri, kemelekatan pada aturan, dan keragu-raguan, aku telah melihat bahwa lima hal ini, yang dapat membelengguku untuk kembali ke dunia ini dan memasuki suatu rahim, tidak satu pun belum dilenyapkan. Yang mulia, aku memiliki kualitas ini.”
Bhikkhu itu berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”
Perumah tangga Ugga berkata kepada bhikkhu itu, “Silahkan yang mulia memakan makanannya di sini.”
Demi kepentingan perumah tangga Ugga, bhikkhu itu menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri. Memahami bahwa bhikkhu itu telah menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri, perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya, dan secara pribadi menyiapkan air untuk mencuci. Dengan tangannya sendiri ia menyiapkan berbagai jenis hidangan yang murni dan lezat untuk dimakan, dikecap, dan dicerna, dengan memastikan terdapat cukup [makanan] untuk dimakan. Setelah [bhikkhu itu] telah selesai makan, meletakkan mangkuknya, dan mencuci tangannya, [Ugga] mengambil sebuah tempat duduk yang rendah dan duduk pada satu sisi untuk mendengarkan Dharma.
Bhikkhu itu mengajarkan perumah tangga itu Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah, dengan tak terhitung cara terampil, mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [bhikkhu itu] bangkit dari tempat duduknya dan pergi. Ia mendekati Sang Buddha. Dengan memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki [Sang Buddha], ia duduk pada satu sisi dan melaporkan secara terperinci percakapan yang ia lakukan dengan perumah tangga Ugga.
Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Adalah karena alasan itu aku memuji perumah tangga Ugga, karena memiliki delapan kualitas luar biasa ini.”
Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.