Madhyamāgama

39. Kotbah [Kedua] kepada Perumah Tangga Ugga

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, tak lama setelah Sang Buddha mencapai nirvana akhir, banyak bhikkhu senior yang sangat dihormati tinggal di Vesālī, di Aula Beratap Segitiga dekat Danau Monyet. Pada waktu itu perumah tangga Ugga sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran untuk mereka yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit.

Ia [juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari. Pemberian dana dalam skala besar-besaran demikian bagaikan sebuah kapal, yang, ketika kembali dengan muatan penuh seharga ratusan dan ribuan, tiba-tiba tenggelam dan lenyap.

Suatu perkumpulan banyak bhikkhu senior yang sangat dihormati mendengar bahwa perumah tangga Ugga sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran demikian untuk mereka yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit; [sementara juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari. Mendengar tentang hal ini, mereka membahas ini bersama-sama demikian:

“Teman-teman yang baik, siapakah yang dapat pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa]”?”

Mereka berpikir demikian:

“Yang Mulia Ānanda adalah pelayan Sang Buddha. Ia menerima ajaran Sang Bhagavā dan dipuji oleh Sang Buddha dan oleh teman-teman yang bijaksana dalam kehidupan suci. Yang Mulia Ānanda seharusnya pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa].” Teman-teman yang baik, marilah kita bersama-sama pergi menemui Yang Mulia Ānanda dan mengatakan kepadanya tentang hal ini.”

Kemudian perkumpulan banyak bhikkhu senior yang sangat dihormati itu pergi menemui Yang Mulia Ānanda. Setelah bertukar salam, mereka duduk pada satu sisi dan berkata:

“Yang Mulia Ānanda, apakah engkau mengetahui bahwa perumah tangga Ugga sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran untuk mereka yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit; [sementara juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari? Pemberian dana dengan skala besar-besaran demikian bagaikan sebuah kapal, yang, ketika kembali dengan muatan penuh seharga ratusan dan ribuan, tiba-tiba tenggelam dan lenyap. Kita telah membahas hal ini bersama-sama demikian:

“Siapakah yang dapat pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa]”?

“Kemudian kami berpikir:

“Yang Mulia Ānanda adalah pelayan Sang Buddha. Ia menerima ajaran Sang Bhagavā dan dipuji oleh Sang Buddha dan oleh teman-teman yang bijaksana dalam kehidupan suci. Yang Mulia Ānanda seharusnya pergi dan berbicara dengan perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa].”

“Yang Mulia Ānanda, semoga engkau pergi dan berbicara kepada perumah tangga Ugga, [dengan berkata,] “Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau sendiri akan memahami [mengapa].”

Kemudian Yang Mulia Ānanda berkata kepada para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu:

“Teman-teman yang baik, perumah tangga Ugga memiliki kepribadian yang keras. Jika aku hanya berkata untuk diriku sendiri, aku mungkin membuatnya sangat tidak bergembira. Teman-teman yang baik, atas nama siapakah aku seharusnya berbicara dengannya?”

Para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu menjawab, “Teman yang mulia, berbicaralah atas nama perkumpulan para bhikkhu! Dengan berbicara atas nama perkumpulan para bhikkhu, ia tidak akan berkata apa-apa.”

Kemudian Yang Mulia Ānanda dengan berdiam diri menerima penugasan dari para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu. Memahami bahwa Yang Mulia Ānanda telah menyetujui dengan berdiam diri, para bhikkhu senior yang sangat dihormati itu bangkit dari tempat duduk mereka, mengelilingi Yang Mulia Ānanda, dan kembali, masing-masing ke tempatnya.

Kemudian saat fajar, ketika malam telah berakhir, Yang Mulia Ānanda memakai jubahnya, membawa mangkuknya, dan pergi menuju rumah perumah tangga Ugga. Melihat dari jauh bahwa Yang Mulia Ānanda datang, perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya dan mengatur jubahnya sehingga memperlihatkan satu bahu.

Dengan merangkapkan telapak tangannya [untuk menghormat] kepada Yang Mulia Ānanda, ia berkata, “Selamat datang, Yang Mulia Ānanda! Yang Mulia Ānanda belum datang ke sini selama waktu yang lama. Silahkan mengambil tempat duduk di dipan ini.”

Kemudian Yang Mulia Ānanda mengambil tempat duduk di dipan itu. Perumah tangga Ugga memberikan penghormatan dengan kepalanya pada kaki Yang Mulia Ānanda dan duduk pada satu sisi. Yang Mulia Ānanda berkata:

“Perumah tangga, diketahui bahwa engkau sedang mengadakan pemberian dana besar-besaran untuk orang-orang yang datang dari jauh, untuk mereka yang berada dalam perjalanan, untuk orang sakit, dan untuk mereka yang merawat orang sakit, [sementara juga] secara teratur mempersiapkan bubur dan makanan untuk para penjaga vihara, secara teratur mengundang kelompok dua puluh orang dari komunitas [monastik] untuk makan, dan mempersembahkan makanan kepada perkumpulan para bhikkhu setiap lima hari.

“Pemberian dana dalam skala besar-besaran demikian bagaikan sebuah kapal, yang, ketika kembali dengan muatan penuh seharga ratusan dan ribuan, tiba-tiba tenggelam dan lenyap. Perumah tangga, mohon berhenti! Janganlah mengadakan pemberian dana demikian lagi! Belakangan engkau akan memahami [mengapa].”

Perumah tangga itu berkata, “Yang Mulia Ānanda, atas nama siapakah engkau berbicara demikian?”

Yang Mulia Ānanda menjawab, “Perumah tangga, aku berbicara untuk perkumpulan para bhikkhu.”

Perumah tangga itu berkata:

“Jika Yang Mulia Ānanda berbicara untuk perkumpulan para bhikkhu, aku tidak berkeberatan. Jika beliau berbicara untuk dirinya sendiri, itu dapat membuatku tidak bergembira. Yang Mulia Ānanda, bahwa aku memberikan persembahan seperti ini dan mengadakan kedermawanan seperti ini, bahkan sampai aku telah memberikan semua kekayaan dan harta bendaku—ini adalah untuk memenuhi aspirasiku. Ini bagaikan aspirasi seorang raja pemutar-roda.”

Yang Mulia Ānanda bertanya, “Perumah tangga, apakah aspirasi seorang raja pemutar-roda?”

Perumah tangga itu menjawab:

“Yang Mulia Ānanda, orang miskin dari desa berpikir, “Semoga aku menjadi yang terkaya di antara para penduduk desa.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Orang kaya dari desa berpikir, “Semoga aku menjadi yang terkaya di antara penduduk kota kecil.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Orang kaya dari kota kecil berpikir, “Semoga aku menjadi yang terkaya di antara penduduk kota besar.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Orang kaya dari kota besar berpikir, “Semoga aku menjadi walikota dari kota besar.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Walikota di kota besar berpikir, “Semoga aku menjadi perdana menteri dari kerajaan.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Perdana menteri dari kerajaan berpikir, “Semoga aku menjadi raja lokal.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Raja lokal berpikir, “Semoga aku menjadi seorang raja pemutar-roda.” Ini adalah aspirasi mereka.

“Dan raja pemutar-roda berpikir:

“Semoga aku mencapai sepenuh puncak kehidupan suci, demi tujuan di mana seorang anggota keluarga mencukur rambut dan janggutnya, mengenakan jubah kuning, meninggalkan rumah demi keyakinan, dan pergi meninggalkan keduniawian untuk berlatih sang jalan. Semoga aku dalam kehidupan ini juga, memahami dengan diri sendiri dan berdiam setelah mencapai realisasi dengan diri sendiri. Semoga aku mengetahui sebagaimana adanya: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan. Tidak akan ada kelangsungan lain.”

“Ini adalah aspirasi [seorang raja pemutar-roda].

“Yang Mulia Ānanda, bahwa aku memberikan persembahan seperti ini dan mengadakan kedermawanan seperti ini, bahkan sampai aku memberikan semua kekayaan dan harta bendaku—ini adalah untuk memenuhi aspirasiku. Ini bagaikan aspirasi seorang raja pemutar-roda. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.”

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Perumah tangga Ugga melanjutkan:

“Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, ketika aku mengunjungi suatu kediaman monastik, segera ketika aku melihat seorang bhikkhu aku memberikan penghormatan kepadanya. Jika ia sedang berlatih meditasi jalan, aku mengikutinya dalam berlatih meditasi jalan. Jika ia duduk, maka aku duduk pada satu sisi dan, setelah duduk, aku mendengarkan Dharma. Yang mulia itu mengajarkan Dharma kepadaku dan aku juga mengajarkan Dharma kepada yang mulia itu. Yang mulia itu menanyaiku pertanyaan-pertanyaan dan aku juga menanyai yang mulia itu pertanyaan-pertanyaan. Yang mulia itu menjawabku dan aku juga menjawab yang mulia itu. Yang Mulia Ānanda, aku tidak ingat pernah merendahkan bhikkhu mana pun, apakah ia seorang bhikkhu junior, seorang [bhikkhu] tingkat menengah, atau seorang [bhikkhu] senior. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.”

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Perumah tangga Ugga melanjutkan:

“Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, ketika mempersembahkan dana kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:

“Perumah tanggga, orang ini adalah seorang arahant, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju kearahantaan, orang ini adalah seorang yang tidak-kembali, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang tidak-kembali, orang ini adalah seorang yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju yang sekali-kembali, orang ini adalah seorang pemasuk-arus, orang ini adalah seorang yang berada dalam jalan menuju pemasuk-arus, orang ini adalah tekun, orang ini adalah tidak tekun.

“Tetapi, Yang Mulia Ānanda, aku tidak ingat bahwa, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, aku pernah membeda-bedakan mereka. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.”

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Perumah tangga Ugga melanjutkan:

“Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, ketika aku memberikan persembahan kepada perkumpulan para bhikkhu, seorang dewa di angkasa memberitahukanku demikian:

“Perumah tangga, terdapat Sang Tathāgata, bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan].

“Bukan demi keyakinan terhadap perkataan dewa itu, ataupun demi kegembiraan terhadap perkataannya, ataupun karena setelah mendengarkannya darinya, tetapi alih-alih dengan pengetahuanku yang dimurnikan aku mengetahui: terdapat Sang Tathāgata, bebas dari kemelekatan, tercerahkan sempurna; ajaran Sang Bhagavā diajarkan dengan baik; komunitas para orang mulia Sang Tathāgata berkembang dengan baik [dalam latihan]. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.”

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Perumah tangga Ugga melanjutkan:

“Lebih lanjut, Yang Mulia Ānanda, aku tidak hanya memiliki kualitas ini. Yang Mulia Ānanda, aku telah meninggalkan keinginan, aku terasing dari keadaan-keadaan yang jahat dan tidak bermanfaat … (dan seterusnya sampai dengan) … aku berdiam setelah mencapai jhāna keempat. Yang Mulia Ānanda, aku memiliki kualitas ini.”

Yang Mulia Ānanda berkata dengan pujian, “Perumah tangga, adalah paling menakjubkan, paling luar biasa bahwa engkau memiliki kualitas ini.”

Kemudian perumah tangga Ugga berkata, “Silahkan Yang Mulia Ānanda memakan makanannya di sini.” Demi kepentingan perumah tangga Ugga, Yang Mulia Ānanda menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri. Memahami bahwa Yang Mulia Ānanda telah menerima undangan itu dengan tetap berdiam diri, perumah tangga Ugga bangkit dari tempat duduknya, dan secara pribadi menyiapkan air untuk mencuci. Dengan tangannya sendiri ia menyiapkan berbagai jenis hidangan yang murni dan lezat untuk dimakan, dikecap, dan dicerna, dengan memastikan terdapat cukup [makanan] untuk dimakan. Setelah [Yang Mulia Ānanda] telah selesai makan, meletakkan mangkuknya, dan mencuci tangannya, [Ugga] mengambil tempat duduk yang rendah dan duduk pada satu sisi untuk mendengarkan Dharma.

Yang Mulia Ānanda mengajarkan perumah tangga itu Dharma, menasehati, mendorong, dan menggembirakannya. Setelah, dengan tak terhitung cara terampil, mengajarkannya Dharma, setelah menasehati, mendorong, dan menggembirakannya, [Yang Mulia Ānanda] bangkit dari tempat duduknya dan pergi.

Ini adalah apa yang dikatakan Yang Mulia Ānanda. Setelah mendengarkan perkataan Yang Mulia Ānanda, perumah tangga Ugga bergembira dan mengingatnya dengan baik.