Madhyamāgama
42. Kotbah tentang “Apakah Tujuannya?”
Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu, pada sore hari, Yang Mulia Ānanda bangkit dari duduk bermeditasi dan pergi menemui Sang Buddha, memberikan penghormatan pada kaki beliau, berdiri pada satu sisi, dan berkata: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari menjaga moralitas?”
Sang Bhagavā menjawab:
“Ānanda, menjaga moralitas memiliki tujuan [mengizinkan seseorang] tanpa penyesalan. Ānanda, jika seseorang menjaga moralitas, ia mencapai [keadaan] tanpa penyesalan.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari tanpa penyesalan?”
Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, tanpa penyesalan memiliki tujuan kegembiraan. Ānanda, jika seseorang tanpa penyesalan, ia mencapai kegembiraan.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kegembiraan?”
Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, kegembiraan memiliki tujuan sukacita. Ānanda, jika seseorang bergembira, ia mencapai sukacita.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari sukacita?”
Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, sukacita memiliki tujuan ketenangan. Ānanda, jika seseorang memiliki sukacita, ia mencapai ketenangan tubuh.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari ketenangan?”
Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, ketenangan memiliki tujuan kebahagiaan. Ānanda, jika seseorang memiliki ketenangan, ia mencapai pengalaman kebahagiaan.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kebahagiaan?”
Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, kebahagiaan memiliki tujuan konsentrasi. Ānanda, jika seseorang memiliki kebahagiaan, ia mencapai konsentrasi pikiran.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari konsentrasi?”
Sang Bhagavā menjawab:
“Ānanda, konsentrasi memiliki tujuan melihat hal-hal sebagaimana adanya, mengetahui hal-hal sebagaimana adanya. Ānanda, jika seseorang memiliki konsentrasi, ia mencapai [kemampuan] melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya?”
Sang Bhagavā menjawab:
“Ānanda, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya memiliki tujuan kekecewaan. Ānanda, jika seseorang melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, ia mencapai kekecewaan.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kekecewaan?”
Sang Bhagavā menjawab: “Ānanda, kekecewaan memiliki tujuan kebosanan. Ānanda, jika seseorang kecewa, ia mencapai kebosanan.”
Lagi Ānanda bertanya: “Sang Bhagavā, apakah tujuan dari kebosanan?”
Sang Bhagavā menjawab:
“Ānanda, kebosanan memiliki tujuan pembebasan. Ānanda, jika seseorang bosan, ia mencapai pembebasan dari semua nafsu, kebencian, dan kebodohan.
“Ānanda, dengan menjaga moralitas seseorang tidak memiliki penyesalan; dengan tidak memiliki penyesalan ia mencapai kegembiraan; melalui kegembiraan ia mencapai sukacita; melalui sukacita ia mencapai ketenangan; melalui ketenangan ia mencapai kebahagiaan; melalui kebahagiaan ia mencapai kebahagiaan ia mencapai konsentrasi. Ānanda, melalui konsentrasi seorang siswa mulia yang terpelajar melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya; dengan melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, ia mencapai kekecewaan; melalui kekecewaan ia mencapai kebosanan; melalui kebosanan ia mencapai pembebasan. Melalui pembebasan ia mengetahui ia mengetahui ia terbebaskan: “Kelahiran telah diakhiri, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan. Ia mengetahui sebagaimana adanya: tidak akan ada kelangsungan lain.”
“Demikianlah, Ānanda, satu keadaan bermanfaat untuk yang lain, satu keadaan adalah jalan untuk yang lain, dan moralitas akhirnya membawa pada tujuan tertinggi, dengan kata lain, untuk menyeberang dari pantai ini menuju pantai lain.”
Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, Yang Mulia Ānanda dan para bhikkhu lainnya bergembira dan mengingatnya dengan baik.