Madhyamāgama

55. Kotbah tentang Nirvana

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

“[Pencapaian] nirvana adalah terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah [pencapaian] nirvana dikondisikan? Jawabannya adalah: [pencapaian] nirvana dikondisikan oleh pembebasan.

“Pembebasan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pembebasan dikondisikan? Jawabannya adalah: pembebasan dikondisikan oleh kebosanan.

“Kebosanan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebosanan dikondisikan? Jawabannya adalah: kebosanan dikondisikan oleh kekecewaan.

“Kekecewaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kekecewaan dikondisikan? Jawabannya adalah: kekecewaan dikondisikan oleh melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya.

“Melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya dikondisikan? Jawabannya adalah: melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya dikondisikan oleh konsentrasi.

“Konsentrasi juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah konsentrasi dikondisikan? Jawabannya adalah: konsentrasi dikondisikan oleh kebahagiaan.

“Kebahagiaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kebahagiaan dikondisikan? Jawabannya adalah: kebahagiaan dikondisikan oleh ketenangan.

“Ketenangan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah ketenangan dikondisikan? Jawabannya adalah: ketenangan dikondisikan oleh sukacita.

“Sukacita juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah sukacita dikondisikan? Jawabannya adalah: sukacita dikondisikan oleh kegembiraan.

“Kegembiraan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kegembiraan dikondisikan? Jawabannya adalah: kegembiraan dikondisikan oleh tanpa penyesalan.

“Tanpa penyesalan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah tanpa penyesalan dikondisikan? Jawabannya adalah: tanpa penyesalan dikondisikan oleh penjagaan moralitas.

“Penjagaan moralitas juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penjagaan moralitas dikondisikan? Jawabannya adalah: penjagaan moralitas dikondisikan oleh penjagaan indera-indera.

“Penjagaan indera-indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penjagaan indera-indera dikondisikan? Jawabannya adalah: penjagaan indera-indera dikondisikan oleh perhatian penuh dan kewaspadaan penuh.

“Perhatian penuh dan kewaspadaan penuh juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan? Jawabannya adalah: perhatian penuh dan kewaspadaan penuh dikondisikan oleh pengamatan seksama.

“Pengamatan seksama juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah pengamatan seksama dikondisikan? Jawabannya adalah: pengamatan seksama dikondisikan oleh keyakinan.

“Keyakinan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah keyakinan dikondisikan? Jawabannya adalah: keyakinan dikondisikan oleh penderitaan.

“Penderitaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah penderitaan dikondisikan? Jawabannya adalah: penderitaan dikondisikan oleh usia tua dan kematian.

“Usia tua dan kematian juga terkondisi; mereka bukan tanpa kondisi. Oleh apakah usia tua dan kematian dikondisikan? Jawabannya adalah: usia tua dan kematian dikondisikan oleh kelahiran.

“Kelahiran juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kelahiran dikondisikan? Jawabannya adalah: kelahiran dikondisikan oleh proses kelangsungan.

“Proses kelangsungan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah proses kelangsungan dikondisikan? Jawabannya adalah: proses kelangsungan dikondisikan oleh kemelekatan.

“Kemelekatan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kemelekatan dikondisikan? Jawabannya adalah: kemelekatan dikondisikan oleh ketagihan.

“Ketagihan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah ketagihan dikondisikan? Jawabannya adalah: ketagihan dikondisikan oleh perasaan.

“Perasaan juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah perasaan dikondisikan? Jawabannya adalah: perasaan dikondisikan oleh kontak.

“Kontak juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kontak dikondisikan? Jawabannya adalah: kontak dikondisikan oleh enam indera.

“Enam indera juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah enam indera dikondisikan? Jawabannya adalah: enam indera dikondisikan oleh nama-dan-bentuk. Nama-dan-bentuk juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah nama-dan-bentuk dikondisikan? Jawabannya adalah: nama-dan-bentuk dikondisikan oleh kesadaran. Kesadaran juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah kesadaran dikondisikan? Jawabannya adalah: kesadaran dikondisikan oleh bentukan karma. Bentukan karma juga terkondisi; ia bukan tanpa kondisi. Oleh apakah bentukan karma dikondisikan? Jawabannya adalah: bentukan karma dikondisikan oleh ketidaktahuan.

“Demikianlah, bergantung pada ketidaktahuan terdapat bentukan karma. Bergantung pada bentukan karma terdapat kesadaran. Bergantung pada kesadaran terdapat nama-dan-bentuk. Bergantung pada nama-dan-bentuk terdapat enam indera. Bergantung pada enam indera terdapat kontak. Bergantung pada kontak terdapat perasaan. Bergantung pada perasaan terdapat ketagihan. Bergantung pada ketagihan terdapat kemelekatan. Bergantung pada kemelekatan terdapat proses kelangsungan. Bergantung pada proses kelangsungan terdapat kelahiran. Bergantung pada kelahiran terdapat usia tua dan kematian. Bergantung pada usia tua dan kematian terdapat penderitaan.

“Dikondisikan oleh penderitaan terdapat keyakinan. Dikondisikan oleh keyakinan terdapat pengamatan seksama. Dikondisikan oleh pengamatan seksama terdapat perhatian penuh dan kewaspadaan penuh.

“Dikondisikan oleh perhatian penuh dan kewaspadaan penuh terdapat penjagaan indera-indera, penjagaan moralitas, tanpa penyesalan, mengalami kegembiraan, sukacita, ketenangan, kebahagiaan, konsentrasi, melihat dan mengetahui hal-hal sebagaimana adanya, kekecewaan, kebosanan, pembebasan. Dan dikondisikan oleh pembebasan, nirvana tercapai.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.