Madhyamāgama

6. Kotbah tentang Tempat Tujuan Orang Baik

Demikianlah telah kudengar: Pada suatu ketika, Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī, di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.

Pada waktu itu Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu:

“Aku akan mengajarkan kalian tentang tujuh tempat tujuan orang-orang baik dan tentang nirvana tanpa sisa. Dengarkanlah dengan baik, dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan seksama!”

Para bhikkhu mendengarkan untuk menerima pengajaran.

Sang Buddha berkata:

“Apakah tujuh hal itu? Seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi?

“Seperti halnya sekam gandum yang terbakar yang, setelah terbakar api, dengan cepat padam dengan sendirinya. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia mencapai nirvana akhir [segera setelah memasuki] keadaan antara. Ini adalah tempat tujuan pertama orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia.

“Lagi, seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi?

“Seperti halnya ketika [selempeng] besi yang semuanya terbakar menyala-nyala, sangat panas, dipukul dengan sebuah palu, sebuah serpihan yang terbakar terbang ke udara, tetapi ketika bergerak ke atas, menjadi padam dengan segera. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia mencapai nirvana akhir [setelah sejenak menghabiskan waktu dalam] keadaan antara. Ini adalah tempat tujuan kedua orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia.

“Lagi, seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi?

“Seperti halnya ketika [selempeng] besi yang semuanya terbakar menyala-nyala, sangat panas, dipukul dengan sebuah palu, sebuah serpihan yang terbakar terbang ke udara, yang setelah bergerak ke atas kembali ke bawah, tetapi menjadi padam sebelum menyentuh tanah. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia mencapai nirvana akhir [setelah menghabiskan beberapa waktu dalam] keadaan antara. Ini adalah tempat tujuan ketiga orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia ini.

“Lagi, seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi?

“Seperti halnya ketika [selempeng] besi yang semuanya terbakar menyala-nyala, sangat panas, dipukul dengan sebuah palu, sebuah serpihan yang terbakar terbang ke udara, dan menjadi padam pada saat menyentuh tanah. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia mencapai nirvana akhir pada kehidupannya yang berikutnya. Ini adalah tempat tujuan keempat orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia.

“Lagi, seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi? Seperti halnya ketika [selempeng] besi yang semuanya terbakar menyala-nyala, sangat panas, dipukul dengan sebuah palu, sebuah serpihan yang terbakar terbang ke udara dan kemudian jatuh pada sejumlah kecil ranting dan rumput, menyebabkannya berasap dan terbakar, dan menjadi padam setelah itu telah terbakar habis. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia mencapai nirvana akhir dengan usaha. Ini adalah tempat tujuan kelima orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia.

“Lagi, seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi? Seperti halnya ketika [selempeng] besi yang semuanya terbakar menyala-nyala, sangat panas, dipukul dengan sebuah palu, sebuah serpihan yang terbakar terbang ke udara dan kemudian jatuh pada sejumlah besar ranting dan rumput, menyebabkannya berasap dan terbakar, dan menjadi padam setelah itu telah terbakar habis. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia mencapai nirvana akhir tanpa usaha. Ini adalah tempat tujuan keenam orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia.

“Lagi, seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanaannya, tetapi belum mencapai realisasi [akhir]. Dengan berlatih demikian, ke tempat tujuan manakah seorang bhikkhu demikian akan pergi?

“Seperti halnya ketika [selempeng] besi yang semuanya terbakar menyala-nyala, sangat panas, dipukul dengan sebuah palu, sebuah serpihan yang terbakar terbang ke udara dan jatuh pada sejumlah besar ranting dan rumput, menyebabkannya berasap dan terbakar; dan setelah itu telah terbakar, api menyebar ke desa-desa, kota-kota, hutan gunung, dan hutan belantara; setelah membakar habis desa-desa, kota-kota, hutan gunung, dan hutan belantara, api itu mencapai sebuah jalan, atau mencapai air, atau mencapai tanah rata, dan menjadi padam. Kalian seharusnya mengetahui bahwa bhikkhu ini adalah seperti itu. Setelah memotong lima belenggu yang lebih rendah, tetapi dengan sisa keangkuhan belum dipadamkan, ia [pertama-tama] pergi ke hulu [sepanjang jalan] menuju alam Akaniṭṭha di mana ia mencapai nirvana akhir. Ini adalah tempat tujuan ketujuh orang-orang baik, yang benar-benar ditemukan di dunia.

“Apakah nirvana tanpa sisa itu? Seorang bhikkhu berlatih demikian:

“Tidak ada diri, ataupun apa pun yang menjadi milik suatu diri; pada masa yang akan datang tidak akan ada diri dan tidak ada yang menjadi milik suatu diri. Apa yang telah menjadi ada akan ditinggalkan; dan ketika ini telah ditinggalkan, keseimbangan akan tercapai; [aku] tidak [akan] terkotori oleh kesenangan dalam keberadaan ataupun melekat pada kontak [melalui indera-indera].

“Seorang praktisi yang demikian melihat keadaan damai yang tidak terkalahkan melalui kebijaksanannya. Setelah mencapai realisasi [akhir], aku katakan, bhikkhu itu tidak akan pergi ke timur, atau ke barat, atau ke selatan, atau ke utara, atau ke [mana pun dari] empat arah di antaranya, atau ke atas, atau ke bawah, tetapi akan mencapai keadaan damai, nirvana akhir, tepat di sini dan saat ini. Ketika aku katakan sebelumnya, “Aku akan mengajarkan kalian tentang tujuh tempat tujuan orang-orang baik dan tentang nirvana tanpa sisa,” oleh karena hal ini aku mengatakannya.”

Ini adalah apa yang dikatakan Sang Buddha. Setelah mendengarkan perkataan Sang Buddha, para bhikkhu bergembira dan mengingatnya dengan baik.