Saṃyutta Nikāya
12. Kelompok Khotbah tentang Penyebab
64. Jika Ada Nafsu
Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, terdapat empat jenis makanan ini untuk memelihara makhluk-makhluk yang telah lahir dan untuk membantu mereka yang akan lahir. Apakah empat ini? Makanan yang dapat dimakan, kasar atau halus; ke dua, kontak; ke tiga, kehendak pikiran; ke empat, kesadaran. Ini adalah empat jenis makanan untuk memelihara makhluk-makhluk yang telah lahir dan untuk membantu mereka yang akan lahir.
“Jika, para bhikkhu, ada nafsu pada makanan yang dapat dimakan, jika ada kesenangan, jika ada ketagihan, maka kesadaran muncul di sana dan berkembang. Ketika kesadaran muncul dan berkembang, maka ada penurunan nama-dan-bentuk. Ketika ada penurunan nama-dan-bentuk, maka ada pertumbuhan bentukan-bentukan kehendak. Ketika ada pertumbuhan bentukan-bentukan kehendak, maka ada produksi penjelmaan kembali di masa depan. Ketika ada produksi penjelmaan kembali di masa depan, maka ada kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan. Ketika ada kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan, Aku katakan bahwa itu disertai dengan dukacita, kesedihan, dan keputus-asaan.
“Jika, para bhikkhu, ada nafsu pada makanan kontak, atau pada makanan kehendak pikiran, atau pada makanan kesadaran, jika ada kesenangan, jika ada ketagihan, maka kesadaran muncul di sana dan berkembang. Ketika kesadaran muncul dan berkembang … Aku katakan bahwa itu disertai dengan dukacita, kesedihan, dan keputus-asaan.
“Misalkan, para bhikkhu, seorang seniman atau pelukis, menggunakan celupan pewarna atau pernis atau kunyit atau pewarna nila atau pewarna merah tua, dapat menggambarkan sosok laki-laki atau perempuan lengkap dengan seluruh cirinya pada selembar kanvas atau papan atau dinding yang halus. Demikian pula, jika ada nafsu pada makanan yang dapat dimakan, atau pada makanan kontak, atau pada makanan kehendak pikiran, atau pada makanan kesadaran, jika ada kesenangan, jika ada ketagihan, maka kesadaran muncul di sana dan berkembang. Ketika kesadaran muncul dan berkembang … Aku katakan bahwa itu disertai dengan dukacita, kesedihan, dan keputus-asaan.
“Jika, para bhikkhu, tidak ada nafsu pada makanan yang dapat dimakan, atau pada makanan kontak, atau pada makanan kehendak pikiran, atau pada makanan kesadaran, jika tidak ada kesenangan, jika tidak ada ketagihan, maka kesadaran tidak muncul di sana dan berkembang. Ketika kesadaran tidak muncul dan berkembang, maka tidak ada penurunan nama-dan-bentuk. Ketika tidak ada penurunan nama-dan-bentuk, maka tidak ada pertumbuhan bentukan-bentukan kehendak. Ketika tidak ada pertumbuhan bentukan-bentukan kehendak, maka tidak ada produksi penjelmaan baru di masa depan. Ketika tidak ada produksi penjelmaan baru di masa depan, maka tidak ada kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan. Ketika tidak ada kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan, Aku katakan bahwa itu adalah tanpa dukacita, tanpa kesedihan, dan tanpa keputus-asaan.
“Misalkan, para bhikkhu, terdapat sebuah rumah beratap lancip, dengan jendela di sisi utara, selatan, dan timur. Ketika matahari terbit dan seberkas cahaya memasuki salah satu jendela, di manakah cahaya itu terlihat?”
“Pada dinding barat, Yang Mulia.”
“Jika tidak ada dinding barat, di manakah cahaya tersebut terlihat?”
“Di tanah, Yang Mulia.”
“Jika tidak ada tanah, di manakah cahaya tersebut terlihat?”
“Di air, Yang Mulia.”
“Jika tidak ada air, di manakah cahaya tersebut terlihat?”
“Tidak akan terlihat di mana pun, Yang Mulia.”
“Demikian pula, para bhikkhu, jika tidak ada nafsu pada makanan yang dapat dimakan … pada makanan kontak … pada makanan kehendak pikiran … pada makanan kesadaran … maka kesadaran tidak terbentuk di sana dan berkembang. Jika kesadaran tidak terbentuk dan berkembang … … Aku mengatakan bahwa itu adalah tanpa dukacita, tanpa kesedihan, dan tanpa keputus-asaan.”